PENGGUNAAN METODE OBSERVASI DAN PENUGASAN MATA PELAJARAN IPS DENGAN MATERI LINGKUNGAN ALAMI DAN BUATAN DI KELAS III SDN.PALSIGUNUNG


PTK
PENGGUNAAN METODE OBSERVASI DAN PENUGASAN MATA PELAJARAN IPS DENGAN MATERI  LINGKUNGAN ALAMI DAN BUATAN DI KELAS III SDN.PALSIGUNUNG 
Oleh
Nurul Fatma Hudha


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar  Belakang  Masalah
Pendidikan IPS di Sekolah Dasar ( SD ) bertujuan memberikan memberikan kemampuan dasar “ nilai dan sikap, keterampilan intelektual / keterampilan analisis, personal dan social “, pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa yang sesuai dengan tngkat perkembangannya.
Landasan penyusunan Kurikulum IPS SD tahun 2006 tidak lepas dari Pendidikan Nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pada Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945. UUD 1945 mengamanatkan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang – undang. UU sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan nasional adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Berdasarkan kurikulum 2006, pembelajaran IPS kelas 3 SD di fokuskan pada:   
1.      Mengindentifikasi peristiwa, fakta, konsep, generalisasi ilmu pengetahuan.
2.      Mengindentifikasi nilai dan sikap.
3.      Mengindentifikasi keterampilan intelektual, personal, dan social.
4.      Memberikan contoh keterikatan antara peristiwa, fakta, konsep, generalisasi ilmu dengan nilai dan sikap serta keterampilan intelektual, personal dan sosial.
 Dalam proses belajar mengajar terdiri dari beberapa komponen. Komponen yang satu dengan yang lainnya merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling melengkapi. Salah satu contoh komponen pembelajaran yaitu metode, dengan menggunakan salah satu metode harus didukung dengan lingkungan kelas yang memadai dan keterampilan guru dalam menggunakan metode tersebut.
Dalam pembelajaran IPS di kelas III SDN .PALSIGUNUNG, banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah. Adapun faktor penyebab terjadinya masalah tersebut adalah siswa kurang memahami penjelasan dari guru yang tidak mengaitkan materi dengan lingkungan yang ada di sekitar siswa, guru belum menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran dan guru belum menggunakan lingkungan sekitar sebagai sumber pembelajaran.
Upaya guru untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah menerapkan metode penugasan, menggunakan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dan menjelaskan langkah-langkah dalam melaksanakan metode penugasan, agar dalam kegiatan pembelajaran lebih terarah.
Dengan menggunakan metode observasi dan penggunaan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam materi jenis-jenis pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa dan dapat meningkatkan prestasi belajar secara maksimal.
  1. Identifikasi Masalah
Peneliti merasakan adanya masalah yang terjadi di dalam kelas dan merasa risau dengan kemampuan siswa menyederhanakan pecahan dan melihat kembali pembelajaran yang telah berlangsung, mencari kesalahan – kesalahan dalam pembelajaran melalui refleksi diri dan mendiskusikannya dengan rekan sejawat sehingga diperoleh gambaran nyata sebagai berikut :
  1. Apakah penyebab ketidak mampuan siswa dalam  memahami materi lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah ?
  2. Apakah ketidakmampuan siswa  dalam kegiatan mengobservasi lingkungan menyebabkan siswa dalam memahami materi lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah ?
  3. Apakah kurangnya minat  siswa dalam kegiatan mengobservasi lingkungan menyebabkan siswa dalam memahami materi lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah ?
4.      Apakah perilaku guru dalam pembelajaran mempengaruhi perilaku siswa terhadap pembelajaran ?
5.      Apakah kurangnya dukungan dan motivasi mempengaruhi minat siswa dalam belajar IPS?
  1. Analisis Masalah
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan guru selaku peneliti membuat rencana pemecahan masalah sebagai berikut:
1.      Memberikan penugasan mengobservasi lingkungan sekolah dan mencatat lingkungan alam dan buatan di sekitar sekolah.
2.      Melibatkan siswa dalam kegiatan observasi lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah.
3.      Guru member penjelasan yang dapat dipahami siswa  dalam memberi tugas kegiatan observasi.
4.      Memotivasi siswa kelas III SDN. PALSIGUNUNG dalam kegiatan obeservasi  sehingga dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami lingkungan buatan dan lingkungan alami
5.      Dengan observasi dan penugasan siswa dapat memahami lingkungan alami dan lingkungan buatan.
6.      Hasil yang dicapai setelah melaksanakan abservasi dan penugasan dapat meningkatkan nilai siswa pada mata pelajaran IPS lebih baik dari sebelumnya.
D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di muka, maka penelitian ini akan berfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan observasi dan penugasan untuk mengefektifkannva pembelajaran IPS sehingga secara khusus dapat meningkatkan kemampuan pemahaman terhadap lingkungan alami dan buatan pada siswa kelas III SDN. PALSIGUNUNG. Kejelasan fokus penelitian ini akan tampak dalam pertanyaan penelitian  berikut ini:
”Bagaimana upaya guru dalam meningkatkan pemahaman pembelajaran IPS materi lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah di kelas III Sekolah Dasar melalui metode observasi,penugasan dan penggunaan lingkungan sebagai sumber pembelajaran?”
D.Tujuan Penelitia
Tujuan penelitian ini dimaksud untuk mengetahui apakah penggunaan metode observasi dan penugasan dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas III SDN.PALSIGUNUNG pada  materi lingkungan alami dan buatan.
Tujuan penelitian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut.
  1. Meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran IPS melalui metode observasi dan penugasan.
  2. Meningkatkan kemampuan pemahaman lingkungan alami dan buatan  melalui observasi dan penugasan pada siswa kelas III  SDN.PALSIGUNUNG.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan konstribusi dan manfaat.
  1. Bagi Siswa
Penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami lingkungan alami dan buatan. Selain itu, melalui metode observasi dan penugasan, siswa termotivasi dalam mengikuti pembelajaran IPS.
2.      Bagi Guru
Penelitian ini dapat memacu guru agar lebih kreatif  dan dapat memperbaiki kelemahan – kelemahan yang ada pada dirinya, sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan bervariasi.
3.      Bagi teman sejawat
Penelitian ini dapat membangun kerjasama yang harmonis sehingga dapat memecahkan masalah serupa di masa yang akan datang.
  1. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah, khususnya pada mata pelajaran IPS. Sekolah dapat meningkatkan fasilitas pembelajaran yang dibutuhkan siswa dan guru.
.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    PEMBELAJARAN HUMANISTIK
Belajar lebih dari sekedar mengingat. Bagi siswa untuk dapat benar – benar mengerti dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan, mereka harus belajar memecahkan masalah, menemukan sesuatu bagi dirinya sendiri, dan selalu bergaul dengan ide – ide. Tugas pendidik tidak hanya menuangkan sejumlah informasi ke dalam benak siswa, tetapi mengusahakan menanamkan konsep yang penting dalam diri siswa.
Pandangan tentang pembelajaran Humanistik, ada 3 yaitu :
1.Pandangan Progresif
Pandangan progresif memfokuskan kepada anak yang mau belajar daripada sebagai subyek belajar. Masyarakat pendidikan menghendaki agar pengajaran memperhatikan minat, keutuhan, dan kesiapan anak untuk belajar unuk mencapai tujuan – tujuan sosial sekolah. John Dewey sebagai tokoh progresif memandang siswa sebagai makhluk sosial yang aktif dan ngin memahami lingkungan dimana siswa berada, lingkungan kehidupan manusia secara personal maupun kolektif  (social ).
Kemampuan sosial dan personal siswa dikembangkan melalui pendidikan. Pendidikan adalah membangun dan mengorganisasikan kembali pengalaman yang mampu pemberian makna terhadap kehidupan siswa dan dapat meningkatkan  kemampuan siswa dalam memecahkan persoalan – persoalan yang akan dihadapi di masa yang akan datang.
Pandangan progresif menghendaki perubahan dalam situasi pendidikan, antara lain: pengalaman, memberi motivasi bukan perintah, melibatkan siswa dalam situasi sekolah, menyadarkan siswa bahwa hidup ini dinamis ( selalu berubah ).
Terdapat lima prinsip pendidikan progresif dalam Ihat Hatimah (2007:1.18), yaitu  :
(1)   Berikan kebenaran pada siswa untuk berkembang secara alami.
(2)   Minat dan pengalaman langsung merupakan rangsangan yang paling baik untuk belajar.
(3)   Guru memiliki peran sebagai narasumber dan pembimbing kegiatan belajar.
(4)   Mengembangkan kerjasama antara sekolah dengan keluarga.
(5)   Sekolah progresif harus menjadi laboratorium reformasi dan pengujian pendidikan.
2.Pandangan Sosialkultur Konstruktivis
Konstruktivis lahir dari gagasan Piaget dan Vygotky, dimana keduanya menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi – konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi – informasi baru. Konstruktivis modern banyak berlandasan pada teori Vygotsky, yang telah digunakan dalam menunjang metode pengajaran yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, dan penemuan.
Langkah – langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irawan (2001) dengan pendekatan teori humanistik adalah :
a.       Menemukan tujuan – tujuan pembelajaran.
b.      Menentukan materi pelajaran.
c.       Mengindentifikasi kemampuan awal siswa.
d.      Mengindentifikasi topik – topik pelajaran yang memungkinkan siswa aktif melibatkan diri dalam belajar.
e.       Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran.
f.       Membimbing siswa belajar secara aktif.
          B. Belajar
Belajar adalah terjadinya perubahan pada diri orang belajar karena pengalaman ( Darsono dkk,2000:4 ). Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa beubah kearah yang lebih baik ( Darsono dkk,2000:24).Ada beberapa definisi belajar menurut beberapa pakar psikologi pendidikan dalam Moh Rosyid (2006:9) diantaranya Gagne(1977), belajar merupakan perubahan kecakapan yang berlangsung dalam peiode tertentu yang bukan berasal dari proses pertumbuhan ( fisik), Morgan,at.al ( 1986 ), belajar merupakan perubahan relatif permanen karena hasil praktek atau pengalaman. Slavein (1994), belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman (experience). Menurut Slamento dalam Syaiful Bahri ((2002:13), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara menyeluruh, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Skinner ( 1985) dalam Muhibbin Syah ( 2000:89), belajar merupakan suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
Habermas ( Rene,1996), belajar baru terjadi jika ada interaksi antar individu dengan lingkungannya. Lingkungan belajar yang dimaksud adalah lingkungan alam maupun lingkungan sosial sebab keduanya tidak dapat dipisahkan (Ihat Hatimah dkk :1.8). James O,Wittaker dalam Wasty Soemanto (1999:104), belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar merupakan merupakan proses dasar perkembangan manusia, dengan belajar manusia melakukan perubahan – perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktifitas dan prestasi hidup manusia adalah hasil dari belajar. Belajar adalah suatu proses bukan suatu hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan intergratif dengan menggunakan berbagai bentuk perubahan untuk mencapai suatu tujuan.
Berdasarkan pengertian di muka, belajar adalah kegiatan atau proses manusia untuk berubah menjadi lebih baik, dari tidak tahu menjadi tahu. Kegiatan belajar terjadi terus menerus atau belajar sepanjang hayat. Memahami lingkungan juga merupakan kegiatan belajar. Lingkungan belajar mempunyai pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan alam dan lingkungan sosial. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena saling mempengaruhi.
       C. Hasil Belajar
Secara formal hasil belajar dapat didefinikan tingkah laku yang dikaitkan dengan kegiatan sekolah. Belajar merupakan fisik atau badaniah yang hasilnya berupa perubahan – perubahan dalam fisik itu, misalnya, dapat berlari, mengendarai, berjalan, dan sebagainya. Belajar selain merupakan aktivitas fisik juga merupakan kegiatan rohani atau psikis.
Hasil belajar pada dasarnya adalah hasil yang dicapai dalam usaha penguasaan materi dan ilmu pengetahuan  yang merupakan suatu kegiatan terbentuknya suatu kepribadian yang utuh.
Keberhasilan hasil belajar dipengaruhi faktor – faktor,antara lain :
(1)   Faktor yang ada pada diri siswa yang disebut faktor individu ( intern), yang meliputi:
a)      Faktor biologis, meliputi kesehatan, gizi, penglhatan, dan pendengaran.
b)      Faktor psikologi, meliputi intelegensi, minat, dan motivasi serta perhatian  ingatan berpikir.
c)      Faktor kelelahan, meliputi kelelahan jasmani dan rohani
(2)   Faktor yang ada di luar diri siswa yang disebut faktor ekstem,yang meliputi:
a)      Faktor keluarga, keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama.
b)      Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan disiplin di sekolah
c)      Faktor masyarakat, meliputi bentuk kehidupa masyarakat di sekitar siswa mempengaruhi hasil belajar siswa
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dikaji bahwa belajar merupakan kegiatan yang cukup komplek. Aktivitas belajar siswa tidak selalu menghasilkan hasil belajar yang baik tergantung keadaan dalam diri siswa dan di luar diri siswa pada saat aktivitas tersebut berlangsung.
E.     Motivasi
 Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas – aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Namun pada intinya motivasi merupakan kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Dalam buku psikologi pendidikan Drs. M. Dalyono memaparkan bahwa motivasi adalah daya penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dan juga dari luar ( Dalyono, 2005:55).
Dalam bukunya Ngalim Purwanto, Sartain mengatakan bahwa motivasi adalah suatu pernyataan yang komplek di dalam suatu individu yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive).Tujuan adalah yang membatasi/menentukan tingkah laku individu itu ( Ngalim Purwanto,2007:61).
Sardiman menyatakan bahwa motivasi itu sangat bervariasi,dapat dilihat dari berbagai sudut, antara lain :
(1)   Motivasi dilihat dari dasar terbentuknya
a.       Motif – motif  bawaan, yaitu motif yang dibawa sejak lahir
b.      Motif – motif yang dipelajari, yaitu motif yang timbul karena dipelajari
(2)   Motivasi menurut Woodworth dan Marquis
a.       Motif  individu, yaitu kebutuhan makan, minum, bernafas, seksual, dan sebagainya
b.      Motif darurat, seperti menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas
c.       Motif obyektif
(3)   Motivasi jasmani dan rohani
a.       Motivasi jasmani, seperti, rileks, insting otomatis, napas, dan sebagainya
b.      Motivasi rohani, seperti, minat atau kemauan
(4)   Motivasi intrisik dan ekstrisik
a.       Motivasi intrisik adalah motif yang berasal dari dalam individu
b.      Motivasi ekstrisik adalah motif yang berasal dari diri individu
Adanya berbagai jenis motivasi di atas, memberikan suatu gambaran tentang motif – motif yang ada pada setiap individu. Adapun motif yang terkait dengan pembelajaran Matematika adalah motif ekstrisik yaitu motif yang memerlukan dorongan dari luar. Diperlukan motivasi atau dorongan berupa rangsangan dari luar,yang dapat berupa alat peraga, metode dan materi/buku-buku yang dapat menarik minat individu.
Adapun bentuk motivasi yang sering dilakukan di sekolah adalah memberi nilai, hadiah, pujian, gerakan tubuh, member tugas, member ulangan, mengetahui hasil, dan hukuman. ( Djamarah dan Zain,2002:168)
Dalam aktivitas belajar, seorang individu membutuhkan suatu dorongan atau motivasi sehingga yang diinginkan dapat tercapai.Ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar individu,antara lain :
(1)   Faktor individual, seperti, kematangan atau pertumbuhan, latihan, kecerdasan, motivasi, dan factor pribadi.
(2)   Faktor sosial, seperti, keluarga atau keadaan keluarga, guru dan cara mengajarnya, alat – alat dalam belajar, dan motivasi social.
(3)   Faktor Jasmani, seperti, kesehatan, cacat fisik
(4)   Faktor psikologi, seperti, intelegensi, minat dan motivasi, perhatian dan bakat, kematangan dan kesiapan
(5)   Faktor kelelahan, seperti, kelelahan fisik, kelelahan rohani
(6)   Faktor keluarga, seperti, cara orangtua mendidik, hubungan antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan rumah
(7)   Faktor sekolah, seperti, metode mengajar dan kurikulim, hubungan guru dan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran dan waktu sekolah, keadaan gedung sekolah, standar pelajaran di atas ukuran
(8)   Faktor masyarakat, seperti, Kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media dan teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat
Dengan demikian sebagai seorang guru, peneliti merasa harus memahami dan memperhatikan faktor yang mempengaruhi siswa di dalam pembelajaran, khusus pelajaran matematika tentang menyederhanakan pecahan.
F.     Metode Pembelajaran
Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya.Salah satu hal yang harus dilakukan seorang guru adalah mengajar di kelas. Untuk menciptakan suasana belajar yang dapat membangkitkan minat anak didik terhadap pelajaran diperlukan cara untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, untuk itu diperlukan metode belajar yang sesuai dengan materi. Adapun metode pembelajaran yang  peneliti gunakan untuk menciptakan suasana pembelajaran dalam pelajaran IPS dengan materi Lingkungan alami dan buatan, antara lain :
1.   Metode Observasi
1)      Pengertian Metode Observasi
Metode observasi adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual dan media asli dalam rangka membelajarkan siswa yang mengutamakan kebermaknaan proses belajar. Dengan metode observasi siswa akan mrasa tertantang mengeksplorasi rasa keingin tahuannya tentang fenomena dan rahasia alam yang senantiasa menantang. Metode observasi mengedepankan pengamatan langsung kepada obyek yang akan dipelajari. Sehingga siswa mendapatkan fakta berbentuk data yang obyektif yang kemudian dianalisa sesuai tingkat perkembangan siswa. Item yang dianalisa siswa kemudian digunakan sebagai bahan penyusunan evaluasi bagi siswa.
2)      Manfaat Metode Observasi
Metode observasi sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu siswaSehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi siswa menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisa dengan materi pembelajaran yang dibawakan guru. Hal tersebut jarang terjadi pada pola pembelajaran konvensional. Dalam pola pembelajaran konvensional sering guru menyampaikan materi yang terkadang siswa mampu mengerjakannya akan tetapi tidak tahu bahwa apa yang dikerjakannya tersebut berguna baginya dalam mewujudkan kompetensi dirinya. Metode observasi membantu proses perkembangan kognitif siswa yang terangsang melakukan adaptasi kognitif. Proses adaptasi kognitif berupa akomodasi dan asimilasi. Manfaat yang lain adalah dalam rangka menanamkan rasa cinta kepada lingkungan dan alam.
3)      Keunggulan Metode Observasi
Metode observasi memiliki sejumlah keunggulan , di antaranya adalah :
a.       Menyajikan media obyek secara nyata tanpa manipulasi
b.      Mudah pelaksanaannya
c.       Siswa akan merasa senang dan tertantang
d.      Siswa akan memiliki motivasi dalam belajar
4)  Kelemahan Metode Observasi
Metode observasi memiliki berbagai kelemahan di antaranya adalah :
a.       Memerlukan waktu persiapan yang lama
b.      Memerlukan biaya dan tenaga yang lebih besar dalam pelaksanaannya
c.   Obyek yang diobservasi akan menjadi sangat kompleks ketika dikunjungi dan  mengaburkan tujuan pembelajaran.
2.      Metode Penugasan
Metode Penugasan / pemberian tugas adalah cara dalam proses belajar mengajar dengan   jalan   memberi   tugas   kepada   siswa. Tugas-tugas   itu dapat  berupa mengikhtisarkan karangan, (dari   surat   kabar,  majalah   atau  buku   bacaan) membuat kliping, mengumpulkan gambar, perangko, dan dapat pula menyusun karangan. Metode   pemberian   tugas,   dianjurkan   antara   lain   untuk mendukung  metode   ceramah,   inkuiri,   VCT.   Penggunaan metode ini memerlukan pemberian tugas dengan baik, baik ruang   lingkup  maupun   bahannya.   Pelaksanaannya   dapat diberikan secara individual maupun kelompok.
Dalam  proses   pembelajaran, siswa   hendaknya   didorong untuk   melakukan   kegiatan   yang   dapat   menumbuhkan proses kegiatan kreatif. Oleh karena itu metode pemberian tugas   dapat   dipergunakan   untuk   mendukung   metode  pembelajaran yang lain.
Penggunaan metode pemberian tugas bertujuan:
1. menumbuhkan proses pembelajaran yang eksploratif
2. mendorong perilaku kreatif
3. membiasakan berpikir komprehensif
4. memupuk kemandirian dalam proses pembelajaran
 Metode pemberian tugas yang digunakan secara tepat dan terencana dapat bermanfaat untuk:
1. menumbuhkan kebiasaan belajar secara mandiri dalam lingkungan bersama (kolektif) maupun sendiri
2. melatih   cara  mencari   informasi secara  langsung  dari sumber  belajar   yang   terdapat  di   lingkungan  sekolah,     rumah dan masyarakat
3. menumbuhkan   suasana   pembelajaran   yang  menggairahkan (rekreatif)
Kelebihan metode penugasan adalah:
1. Hasil pelajaran lebih tahan lama dan membekas dalam ingatan siswa.
2. Siswa belajar dan mengembangkan inisiatif dan sikap mandiri.
3. Memberikan kebiasaan untuk disiplin dan giat belajar.
4.Dapat mempraktekkan hasil-hasil teori dalam kehidupan yang  nyata.
5.Dapat memperdalam pengetahuan siswa dalam spesialisasi tertentu.
Kekurangan metode penugasan adalah:
1.      Siswa dapat melalukan penipuan terhadap tugas yang diberikan. (Dikerjakan  oleh orang lain atau menjiplak karya orang lain).
2.      Bila tugas diberikan terlalu banyak, maka siswa dapat mengalami kejenuhan sehingga mengganggu ketenangan batin siswa.
3.      Sulit memberikan tugas yang dapat memenuhi sifat perbedaan individunya dan minat dari masing-masing siswa.
4.      Pemberian tugas cenderung memakan waktu da tenaga serta biaya yang cukup berarti.
Oleh karena itu, metode penugasan tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan. Maka guru perlu memperhatikan saran-saran pelaksanaan, sebagai berikut:
1.      Merencanakan pemberian tugas secara matang.
2.      Tugas yang diberikan hendaknya didasarkan pada minat dan kemampuan  siswa.
3.      Tugas yang diberikan berkaitan dengan materi pelajaran yang telah diberikan.
4.      Jenis tugas yang diberikan hendaknya telah dimengerti betul oleh  siswa agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik.
5.      Jika tugas yang diberikan bersifat tugas kelompok, maka pembagian  tugas (materi tugas) harus diarahkan, termasuk batas waktu penyelesaiannya.
6.      Guru dapat membantu menyediakan alat dan sarana yang diperlukan  dalam pemberian tugas.
7.      Tugas yang diberikan dapat merangsang perhatian siswa dan realistis.
8.      Hasil tugas siswa dinilai oleh guru.
G.    Materi Pembelajaran
Lingungan alami dan lingkungan buatan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita, hidup dan kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari pengaruh lingkungan. Mempelajari lingkungan dalam kehidupan lebih banyak dipakai istilah lingkungan hidup. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 pasal 1 ayat 1 mengartikan Lingkungan Hidup sebagai berikut:
“Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan kesemua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya”
http://karisnsz.files.wordpress.com/2011/07/lingkungan1.jpg?w=620
Bisa diartikan, Lingkungan Hidup merupakan suatu sistem yang meliputi lingkungan hayati, lingkungan non hayati, lingkungan buatan dan lingkungan sosial. Sumber daya alam (SDA) merupakan salah satu unsur lingkungan alam, baik hayati maupun on hayati, yang diperlukan manusia untuk memenuhi kebutuhannya dan meningkatkan kesejahteraannya. Sumber daya alam sangat banyak dan melimpah, jadi disusunlah klasifikasi sumber daya alam, yang antara lain meliputi sumber daya alam terbarui dan tak terbarui.
http://karisnsz.files.wordpress.com/2011/07/200810312113541.jpg?w=620
Lingkungan alam berupa sungai
Lingkungan alam adalah segala sesuatu yang ada di alam dan diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT. Contoh lingkungan alam yang ada di permukaan bumi adalah sungai, danau, laut, gunung dan lembah.
http://karisnsz.files.wordpress.com/2011/07/rumah_bas-12.jpg?w=620
Perumahan merupakan contoh lingkungan buatan
Lingkungan buatan adalah segala sesuatu yang sengaja atau tidak sengaja dibuat oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya, misalnya desa, kota, pabrik, rumah, waduk, sawah, tambak, perkebunan, dll.
Dalam pembangunan permukiman diperlukan keseimbangan dengan ekosistem, sehingga tidak melebihi daya dukung lingkungan. Dalam beberapa kasus, masalah lingkungan buatan lebih sulit ditangani daripada lingkungan alam. Untuk itu diperlukan strategi berdasarkan keberlanjutam, sehingga diharapkan dapat:
1.memperbaiki dan menjamin penyediaan air bersih
2.meminimumkan masalah pembuangan sampah
3.mengurangi pengubahan lahan subur untuk pertanian menjadi pemukiman dan 4.membantu mempertahankan produktivitas lahan
5.mengembangkan pola konservasi energi untuk keperluan hidup dan produksi barang
6. mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia
7. memadukan pemeliharaan dan pelayanan pemukiman dengan penyediaan lapangan pekerjaan, pembangunan masyarakat dan pendidikan
Lingkungan alam dan lingkungan buatan juga dapat kamu temukan di sekolah













BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A.    Subyek Penelitian
Penelitian pembelajaran yang dilaksanakan penulis adalah Mata pelajaran Matematika dengan materi penyederhanaan pecahan, yang dilaksanakan di SDN.PALSIGUNUNG Kelas III semester 1 tahun pelajaran 2011/2012. Kegiatan pembelajaran dibagi menjadi 2, yaitu jam belajar pagi dan siang hari. Jumlah referensi buku pelajaran IPS cukup memadai.. Subyek penelitian siswa kelas III SDN.PALSIGUNUNG  tahun pelajaran 2011/2012, dengan jumlah siswa 35 orang. Siswa laki – laki berjumlah 20 orang, dan siswa perempuan berjumlah 15 orang.Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dari tanggal 13 – 28 Agustus  2011, dan dibagi ke dalam 2  siklus.
B.     Deskripsi Persiklus
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian ini meupakan pengembangan metode dan strategi pembelajaran yang dikemas dalam bentuk metode penelitian kelas ( class action research ). Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) meupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkontek kelas yang dilaksanakan oleh guru, untuk memecahkan masalah – masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencoba hal – hal baru dalam pembelajaran demi meningkatkan mutu dan hasil belajar.
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: catatan guru, catatan siswa, angket dan berbagai dokumen yang terkait dengan siswa. Prosedur penelitian terderi dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Refleksi pada tiap siklus, dan akan berulang kembali pada siklus – siklus berikutnya. Prosedur pelaksanaan PTK tersebut dapat digambarkan sebagai berikut ( Wardhani 2006:24)
  Gambar  1.1 Tahap – tahap dalam PTK
Sumber : Siklus PTK John Elliot
Mengacu pada pendapat pakar tersebut, maka prosedur pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang diterapkan melalui Penelitian Tindakan Kelas dijalankan sesuai proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahapan. Pada tahapan tindakan  (action) siklus pertama dilaksanakan dalam satu kali pertemuan, sedangkan pada siklus kedua dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, maka hasil refleksi pada siklus yang telah dilaksanakan akan digunakan untuk memperbaiki rencana perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya.
Setelah siklus berlangsung sebanyak dua kali, mungkin perbaikan pembelajaran yang diinginkan sudah terjadi, tetapi hasilnya belum mencapai presentasi yang diinginkan, maka akan dicapai melalui siklus PTK selanjutnya.
Alur Penelitian Tindakan Kelas secara ringkas mencakup langkah – langkah sebagai berikut: Pada saat peneliti belum melaksanakan penelitian tindakan kelas, peneliti menetapkan ide awal sebagai upaya mengidentifikasi masalah, menemukan solusi dan mengatasi pembelajaran di kelas agar pembelajaran menjadi bermutu. Dari hasil diagnostic diperoleh data awal yang peneliti diskusikan dengan supervesor 2 ( teman sejawat), maka ditetapkan tindakan siklus I. Dalam siklus I perbaikan pembelajaran dilakuan dalam satu kali pertemuan.Karena pada siklus I belum mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan maka dilanjutkan perbaikan pembelajaran dengan merevisi RPPP ( rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran) siklus I dan menetapkan siklus II. Dalam siklus II tindakan dilakukan dalam dua pertemuan.Hal ini dilakukan untuk mendapat hasil perbaikan yang maksimal. Jika pada siklus II diperkirakan telah mencapai kriteria keberhasilan maka perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dianggap sudah selesai.Aspek yang diamati dalam setiap siklusnya adalah kegiatan siswa saat pelaksanaan perbaikan pembelajaran IPS dengan materi lingkungan alami dan lingkungan buatan  dengan menggunakan metode observasi dan penugasan  dengan alat pengumpul data yang telah disebutkan di atas. 
Data yang diambil adalah data kuantitatif  dari hasil tes, presensi, nilai tugas serta data kualitatif  yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, partisipasi, atau keberanian siswa mengerjakan soal di papan tulis.Instrumen yang dipakai berbentuk: soal tes, lembar penilain sikap, observasi, dan catatan lapangan. Data yang terkumpul dianalisis untuk mengukur indikator keberhasilan yang sudah dirumuskan.
C.    Teknis Analisis Data
Data dianalisis berdasarkan perubahan yang terjadi pada setiap siklus tentang kemampuan siswa menyederhanakan pecahan. Hasil analisis refleksi pertama, yang berasal dari jurnal dan observasi kelas digunakan sebagai acuan untuk menentukan tahapan siklus berikutnya.Siklus berikutnya diharapkan ada peningkatan dalam hasil belajar dan motivasi belajar siswa dalam mempelajari materi lingkungan alami dan lingkungan buatan
Siklus I
Perencanaan
1.      Identifikasi  masalah dan menetapkan pemecahan masalah. Merencanakan Pelaksanaan Pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar. Menetapkan standar kompetensi dasar sebagai berikut:
2.      Memilih bahan pelajaran sesuai dengan kompetensi dasar.
3.      Menentukan scenario pembelajaran.
4.      Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan.
5.      Menyusun lembar penilaian
6.      Mengembangkan format evaluai
7.      Mengembangkan format obeservasi pembelajaran



Gambar 1
Kegiatan Pembelajaran Siklus I

Pelaksanaan
1.      Guru melakukan kegiatan Tanya jawab dengan peserta didik lingkungan alami dan lingkungan buatan, kemudian menjelaskan materi
2.      Siswa mengamati gambar yang di papan tulis.
3.      Siswa menuliskan hasil pengamatan pada lembar pengamatan
4.      Siswa menyebutkan hasil pengamatan.
5.      Guru merangkum hasil pengamatan siswa dan menyimpulkan pelajaran.

Pengamatan ( observasi)
Dari hasil pengamatan Supervisor 2 melihat partispasi siswa dalam kegiatan pembelajaran sangat kurang, kegiatan hanya berfokus pada guru ( teacher center), dan siswa hanya mengikuti apa yang diperintahkan oleh guru. Dari hasil pengamatan juga ditemukan bahwa kemampuan siswa dalam pengamatan gambar  kurang.

Refleksi
Peneliti mendiskusikan hasil pengamatan dengan supervisor 2, tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki peneliti sebagai seorang guru saat mengajarkan materi lingkungan alai dan lingkungan buatan dan memberikan masukkan yang dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran di kelas pada siklus beikutnya. Dari hasil diskusi diputuskan untuk mengubah tempat belajar  yang dapat meningkatakan kemampuan siswa dalam lingkungan alami dan lingkungan buatan yang dapat menunjang penguasaan materi lingkungan alami dan lingkungan buatan,serta dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Siklus II
Pertemuan 1
Perencanaan
1.      Indentifikasi masalah yang muncul pada siklus I, dan penetapan alternative masalah, adapun beberapa masalah yang terjadi pada siklus I adalah
a.       Sebanyak 42,8 % siswa belum mampu untuk menyerap materi pelajaran dengan baik melalui kegiatan tanya jawab, pengamatan ( observasi) dan penugasan.
b.      Ada 15 siswa dari 35 siswa yang belum tuntas belajar.
c.       Tingkat partisipasi anak dalam pembelajaran belum maksimal
2.      Menetapkan indikator pencapaian hasil belajar.
3.      Mengembangkan program tindakan siklus II dengan merevisi RPP siklus I
Gambar 2
Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II petemuan ke-1
Gambar 3
Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II pertemuan ke-2

Pelaksananan
1.      Guru bertanya jawab dengan siswa tentang pelajaran yang lalu.
2.      Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan hari ini dan apa yang akan siswa kerjakan.
3.      Siswa diajak ke luar kelas untuk mengamati lingkungan alami dan buatan yang terdapat di sekitar sekolah.
4.      Siswa mencatat hasil pengamatan di lembar tugas
5.      Siswa kembali ke dalam kelas dan membahas hasil pengamatan mereka.
6.      Guru merangkum hasil pengamatan siswa dan menarik kesimpulan
Pengamatan ( observasi )
Supervisor 2 melihat adanya peningkatan partispasi siswa dalam kegiatan belajar, kemajuan kemampuan siswa dalam  mengobservasi  meningkat dan kegiatan pembelajaran mulai perpusat pada siswa ( student learning)
Refleksi
Setelah melihat hasil pengamatan supervisor 2 dan  hasil belajar siswa, dan mendiskusikannya dengan supervesor 2 diputuskan untuk lebih menekankan pembelajaran pada observasi lingkungan karena dapat meningkatkan ingatan siswa terhadap lingkungan alami dan lingkungan buatan ,selain itu juga meningkatkan kemampuan siswa dalam mengamati lingkungan, Untuk siklus selanjutnya keaktifan    siswa dalam pembelajaran akan lebih ditingkatkan.
Perencanaan
1.Indentifikasi masalah yang muncul pada siklus II pertemuan 1, dan penetapan alternative masalah, adapun beberapa masalah yang terjadi pada siklus II pertemuan 1 adalah
a.       Sebanyak 25,7 % siswa belum mampu untuk menyerap materi pelajaran dengan baik melalui kegiatan tanya jawab, pengamatan ( observasi) dan penugasan.
b.      Ada 9 siswa dari 35 siswa yang belum tuntas belajar.
c.       Tingkat partisipasi anak dalam pembelajaran belum maksimal
2.Menetapkan indikator pencapaian hasil belajar.
3.Mengembangkan program tindakan siklus II pertemuan ke-2
Gambar  4
Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II





Gambar 5
Pelaksanaan siklus II pertemuan ke-2

Pelaksanaan
1.      Guru bertanya jawab dengan siswa tentang pelajaran yang lalu.
2.      Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan hari ini dan apa yang akan siswa kerjakan.
3.      Siswa diajak ke luar kelas untuk mengamati lingkungan alami dan buatan yang terdapat di sekitar sekolah.
4.      Siswa mencatat hasil pengamatan di lembar tugas
5.      Siswa kembali ke dalam kelas dan membahas hasil pengamatan mereka.
6.      Guru merangkum hasil pengamatan siswa dan menarik kesimpulan


Pengamatan (observasi)
Pengamatan yang dilakukan oleh supervisor 2 mendapatkan data partisipasi siswa yang meningkat, aktifan siswa terarah pada pembelajaran, dan hanya ditemukan beberapa siswa yang masih bermain saat pembelajaran berlangsung.
Refleksi
1.      Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II pertemuan ke-2 berdasarkan data yang terkumpul.
2.      Membahas hasil evaluasi tentang scenario pembelajaran pada siklus II pertemuan ke-2.
3.      Berdasarkan hasil evaluasi terhadap tindakan pada siklus II pertemuan ke-2 dari data yang terkumpul baik dari hasil formatif siswa, tugas pr, maupun catatan perilaku siswa yang relevan dengan pembelajaran diperoleh data yang cukup signifikan.Pada siklus II pertemuan kedua ada 31 siswa dari 35 siswa yang telah tuntas belajar, berarti siswa yang belum tuntas belajar tinggal 4 siswa. Dengan kriteria ketuntasan minimal 75 %, dengan demikian pelaksanaan perbaikan pada siklus II pertemuan ke-2 dinyatakan telah dituntaskan karena secara klasikal telah memenuhi kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu 88,5 % siswa telah mencapai ketuntasan, materi minimal 75 %. Kriteria keberhasilan penelitian ini dari sisi proses dan hasil adalah dengan berhasilnya siswa dalam menyelesaikan masalah – masalah yang diberikan guru lingkngan alami dan lingkungan buatan dengan kegiatan observasi dan penugasan dengan sumber belajar yang telah difasilitasi guru, serta nilai tes formatif siswa pada siklus II pertemuan ke-2  meningkat.

BAB IV
HASIL PENELITIAN
 Pada bab ini penulis akan mencoba menyajikan data hasil penelitian dan hasil analisis data  yang diuraikanpersiklus penelitian. Adapun jumlah siklus penelitian ini adalah 2 siklus. Hal ini disebabkan perolehan data dari kedua siklus penelitian telah memberikan  gambaran yang cukup signifikan terhadap pencapaian tujuan penelitian. Artinya, data yang diperoleh siklus demi siklus menunjukkan pada peningkatan hasil belajar siswa yang menjadi konsentrasi dalam penelitian ini.
A.    Siklus I
Pada siklus ini, pembelajaran IPS dengan materi lingkungan alami dan lingkungan buatan. Perangkat pembelajaran yang digunakan pada siklus ini  RPP. RPP yang digunakan adalah  rpp hasil refleksi pada tahap perencanaan antara peneliti dan supervisor 2 .Untuk rpp yang digunakan dapat dilihat pada lampiran.
Berikut uraian langkah pokok kegiatan pada tahaf ini, yakni sebagai berikut :
1.      Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang lingkungan alami dan lingkungan buatan
2.      Siswa mengamati gambar lingkungan yang di temple di papan tulis.
3.      Siswa ditugaskan menuliskan lingkungan alami dan lingkungan buatan yang terdapat pada gambar.
4.      Siswa menyebutkan hasil pengamatan.
5.      Guru merangkum hasil pengamatan siswa dan membuat kesimpulan
Dari hasil penelitian lapangan ( pengamatan supervesor 2) dapat dilihat pada lampiran dengan hasil analisis data yang diperoleh pada siklus I terangkum pada  table berikut ini:


Tabel 1
Table penilai  sikap siklus I
SKOR
JUMLAH SISWA
1
3
2
3
3
13
4
7


Dari table 1 dapat dilihat tingkat partisipasi siswa pada siklus I sangat rendah yaitu hanya 20 siswa dari 35 siswa yang secara aktif  berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran dan itu berarti hanya 57,1 % siswa yang termotivasi untuk belajar.
Tabel 2
Hasil Belajar Siklus I
KKM :67
NO
SKOR NILAI
JUMLAH
PRESENTASI
1
0
0
0 %
2
40-49
3
8,57 %
    3
50-59
3
8,57 %
4
60-66
9
17 %
5
67-70
3
8,57 %
6
71-79
10
28,57 %
7
80-89
7
20 %
8
90-100
0
0 %
   


Dari tabel 2 dapat kita lihat bahwa siswa yang memahami  materi lingkungan alami dan lingkungan buatan dan dapat  mencapai  belajar hanya 60 % atau hanya 20 siswa dari 35 siswa yang memahami pelajaran pada siklus I.
B.     Siklus II
Pada siklus II, pembelajaran IPS dengan materi bahasan lingkungan alami dan lingkungan buatan. Perangkat pembelajaran yang digunakan pada siklus ini  RPP. RPP yang digunakan adalah  RPPP  hasil refleksi pada siklus I  antara peneliti dan supervisor 2 .Untuk RPPP  yang digunakan dapat dilihat pada lampiran.
Berikut uraian langkah pokok kegiatan pada tahaf  ini, yakni sebagai berikut :
1.      Siswa menjawab pertanyaan guru tentang pembelajaran yang lalu
2.      Siswa menyimak penjelasan guru tentang kegiatan yang akan dilakukan
3.      Siswa keluar kelas untuk mengmati lingkungan alami dan lingkungan buatan yang terdapat di sekitar sekolah
4.      Siswa mencatat hasil observasi
5.      Siswa membahas hasil observasi di dalam kelas
6.      Guru merangkum hasil observasi siswa dan membuat kesimpulan
Dari hasil penelitian lapangan ( pengamatan supervesor 2) dapat dilihat pada lampiran dengan hasil analisis data yang diperoleh pada siklus II terangkum pada  table berikut ini:







Tabel 3
Table penilai sikap siklus II pertemuan 1 daan 2
SKOR
PERTEMUAN 1
PERTEMUAN 2
1
1
0
2
8
4
3
14
13
4
12
18

Dari table 3 dapat dilihat tingkat partisipasi siswa pada siklus II mulai meningkat pada pertemuan ke-1, yaitu:  26  siswa dari 35 siswa yang  aktif  berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran dan itu berarti  74,28  %  siswa yang termotivasi untuk belajar dan pada pertemuan ke-2, yaitu: 31 siswa dari 35 siswa aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran dan itu berarti 88,57 %  siswa yang termotivasi untuk belajar.
Tabel 4
Hasil Belajar Siklus II Pertemuan 1 dan 2
KKM : 67
SKOR NILAI
JUMLAH SISWA PERTEMUAN 1
%
JUMLAH SISWA PERTEMUAN 2
%
0
0
0 %
0
0 %
40-49
1
2,85 %
0
0 %
50-59
1
2,85 %
0
0 %
60-66
7
21 %
4
11,42 %
67-70
7
21 %
7
21 %
71-79
7
21 %
6
17,14 %
80-89
10
28,75 %
10
28,75 %
90-100
2
5,71 %
8
22,85 %
Dari tabel 4 dapat kita lihat bahwa siswa yang memahami  materi lingkungan alami dan lingkungan buatan dan dapat  mencapai  belajar pada siklus II   pertemuan ke-1 74,28  %  berarti 26 siswa dari 35 siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar   dan pertemuan ke-2  88,57  %  berarti 31 siswa dari 35 siswa yang telah memahami dan mencapai ketuntasan belajar.
Kesimpulan sementara yang dapat diperoleh dari hasil analisis data tersebut adalah bahwa kegiatan pembelajaran dengan metode observasi dan penugasan cukup efektif meningkatkan hasil belajar siswa.




Tabel 7
Tabel Penilaian Sikap Siklus I, dan II
SKOR
PENILAIAN SIKAP
SIKLUS I
SIKLUS II
1
3
0
2
3
4
3
13
13
4
7
18






Bagan 1
Bagan sikap siklus I dan siklus II
Tabel 4
Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II Pertemuan 1 dan 2
KKM : 67
SKOR NILAI
JUMLAH SISWA SIKLUS I
%
JUMLAH SISWA SIKLUS II
%
0
0
0 %
0
0 %
40-49
3
8,57 %
0
0 %
50-59
3
8,57 %
0
0 %
60-66
9
17 %
4
11,42 %
67-70
3
8,57 %
7
21 %
71-79
10
28,57 %
6
17,14 %
80-89
7
20 %
10
28,75 %
90-100
0
0 %
8
22,85 %


Bagan 2
Bagan Hasil belajar Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan kesimpulan sementara pada siklus I, II, dan III dapat disimpulkan bahwa hipotesa tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini yakni ” Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Materi Lingkungan alami dan buatan dan Meningkatkan Motivasi Siswa Kelas III SDN. PALSIGUNUNG Tahun Pelajaran 2011/2012 Pada Mata Pelajaran IPS Dengan Metode  Observasi dan Penugasan” dapat diterima




BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas mengenai penerapan metode observasi dan penugasan pada siswa kelas III SDN.PALSIGUNUNG dalam pelajaran IPS selama 2 siklus penelitian dapat disimpulkan:
1.      Selama berlangsungnya PTK, upaya penerapan metode Observasi dan penugasan telah dikelola dengan baik.
2.      Kegiatan pembelajaran dengan metode observasi dan penugasan yang dikelola dengan baik ternyata cukup efektif meningkatkan motivasi belajar siswa.
3.      Kegiatan pembelajaran dengan metode observasi dan penugasan yang dikelola dengan baik ternyata cukup efektif  terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
4.       Hipotesis tindakan yang menyatakan “ Apabila upaya penerapan metode observasi da penugasan   dapat berjalan efektif, maka hasil belajar siswa akan meningkat” dapat diterima
C.    Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah :
1.      Pelaksanaan metode observasi dan penugasan  sebagai salah satu bagian dari pembelajaran dalam mata pelajaran IPS khususnya dan mata pelajaran lainnya perlu terus ditingkatkan mengingat cukup signifikan dampak positif penerapannya terhadap tingkat motivasi dan hasil belajar siswa.
2.      Guru – guru harus dapat mengenali dan menggunakan berbagai metode, strategi dan/atau model pembelajaran, sehingga mempunyai banyak pilihan untuk diterapkan sesuai materi dan/atau kompetensi dasar, karakteristik siswa, serta kesediaan sarana prasarana.
3.      Pelatihan pengembangan model pembelajaran perlu diberikan oleh sekolah, atau  lembaga – lembaga terkait .

DAFTAR PUSTAKA
Seels, Barbara B. & Richey, Rita C. 1994. Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya. Penerjemah Dewi S. Prawiradilaga dkk. Jakarta: Kerjasama IPTPI LPTK UNJ.
Terry Anderson & Fathi Elloumi (Eds.). 2004. Theory and Practice of Online Learning. Canada. Athabasca University
H, Djali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
M, Dalyono. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Muhibin, Syah. 2002. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sumanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Gage, N.L., & Berliner, D. 1979. Educational Psychology. Second Edition, Chicago: Rand Mc. Nally]
Bell Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV. Rajawali
Moll, L. C. (Ed.). 1994. Vygotsky and Education: Instructional Implications and Application of Sociohistorycal Psychology. Cambridge: Univerity Press
Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable. Jakarta: Depdikbud
Gagne, E.D., (1985). The Cognitive Psychology of School Learning. Boston, Toronto: Little, Brown and Company
Light, G. and Cox, R. 2001. Learning and Teaching ini Higher Education. London: Paul Chapman Publising
Slavin, R.E. 1991. Educational Psychology. Third Edition. Boston: Allyn and Bacon
Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon
Kurikulum 2006
Tematik  kelas 3
IPS kelas 3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMBELAJARAN MENDALAM DENGAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK FASE A (KELAS 1 DAN 2 )