Meningkatkan Kemampuan Menyederhanakan pecahan dan Motivasi Siswa Kelas IVa SD Negeri Palsigunung Pada Mata Pelajaran Matematika Dengan Metode Bervariasi
Meningkatkan Kemampuan Menyederhanakan pecahan dan Motivasi Siswa Kelas IVa SD Negeri Palsigunung Pada Mata Pelajaran Matematika Dengan Metode Bervariasi
oleh
NURUL FATMA HUDHA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Pendidikan di Sekolah Dasar (SD)
bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar “baca tulis hitung”, pengetahuan dan
keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa yang sesuai dengan tingkat
perkembangannya serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan di SLTP.
Terkait dengan tujuan memberikan bekal kemampuan dasar “berhitung” maka peranan
pengajaran matematika di SD menjadi sangat penting. Pembelajaran matematika
tidak hanya pada tahap mengenal bilangan (di kelas I dan kelas II) tetapi juga
pada tercapainya kemahiran berhitung (di kelas-kelas tinggi atau kelas III
sampai kelas VI SD).
Hakikatnya belajar matematika
adalah penanaman penalaran pembinaan
dan keterampilan dari konsep – konsep, oleh
sebab itu pembelajaran matematika
diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah yang
berhubungan dengan kehidupan sehari – hari dengan menggunakan cara yang efektif
dan benar, baik secara lisan maupun tertulis (Kurikulum Pendidikan Dasar GBPP Kelas
II, 1994:20). Belajar matematika siswa harus menguasai tiga konsep yaitu:
konsep dasar, konsep yang berkembang, dan konsep yang harus dibina
keterampilannya
Pembelajaran matematika di
Sekolah Dasar (SD) mempunyai peran
penting yaitu mengembangkan pola pikir yang dapat digunakan di dalam
lingkungannya dan dapat digunakan untuk mempelajari ilmu – ilmu yang lainnya. Keterampilan
berhitung merupakan salah satu keterampilan matematika yang harus dimiliki oleh
para siswa yang sedang belajar mulai tingkat pendidikan dasar (SD) sampai
perguruan tinggi (PT). Keterampilan berhitung sifatnya fungsional bagi
pengembangan diri untuk kehidupan masyarakat.
Data menunjukkan bahwa kemampuan
siswa menyederhanakan pecahan dalam pembelajaran matematika sangat kurang atau
masih rendah, yaitu dari 40 siswa kelas IV a SDN.Palsigunung hanya 10 siswa yang mendapat nilai 100 ,4
siswa mendapat nilai 70 dan sisanya di bawah 50, setelah diadakan tes awal kemampuan siswa
dalam menyederhanakan pecahan pada
tanggal 13 Februari 2012 ,KKM yang ditentukan untuk pelajaran matematika adalah
75 .Dari hasil test awal yang di dapat
berarti hanya 25 % siswa yang dapat mencapai KKM.
Rendahnya kemampuan siswa dalam
menyederhanakan pecahan ini disebabkan
oleh beberapa hal, antara lain:kurangnya pemahaman siswa terhadap perkalian dan
pembagian , kurangnya latihan yang diberikan guru, pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar di kelas kurang bervariasi dan kurangnya tugas yang diberikan oleh
guru.
Berdasarkan latar belakang di
muka, maka peneliti berkeinginan melakukan PTK dengan judul “Meningkatkan Kemampuan
Menyederhanakan pecahan dan Meningkatkan Motivasi Siswa Kelas IVa SD Negeri Palsigunung Pada Mata Pelajaran
Matematika Dengan Metode Bervariasi“. Peneliti ingin mencoba mengubah kebiasaan
siswa,dan menciptakan suasana belajar yang kondusif dan komunikatif.
INDENTIFIKASI MASALAH
Peneliti merasakan adanya
masalah yang terjadi di dalam kelas dan merasa risau dengan kemampuan siswa menyederhanakan
pecahan dan melihat kembali pembelajaran yang telah berlangsung ,mencari
kesalahan – kesalahan dalam pembelajaran melalui repleksi diri dan
mendiskusikannya dengan rekan sejawat sehingga diperoleh gambaran nyata sebagai
berikut :
1.Apakah penyebab ketidak
mampuan siswa dalam menyederhanakan pecahan ?
2.Apakah kurangnya kemampuan
siswa dalam perkalian dan pembagian mempengaruhi kemampuan siswa dalam
penyederhanan pecahan ?
3.Apakah kurangnya minat siswa dalam menghafal perkalian dan pembagian
mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyederhanakan pecahan ?
4.Apakah perilaku guru dalam
pembelajaran mempengaruhi perilaku siswa terhadap pembelajaran ?
6.Apakah kurangnya dukungan dan
motivasi mempengaruhi minat siswa dalam belajar matematika?
ANALISIS MASALAH
Berdasarkan masalah yang telah
dirumuskan guru selaku peneliti membuat rencana pemecahan masalah sebagai
berikut:
1.Memberikan latihan mengingat
kembali pelajaran perkalian dan pembagian pada siswa kelas IVa SDN Palsigunung sehingga dapat memahami perkalian dan
pembagian.
2.Memotivasi siswa kelas IVa
SDN.Palsigunung untuk menghafal
perkalian dan pembagian sehingga dapat mengembangkan kemampuan berhitung siswa.
3.Mengubah perilaku di dalam
kelas dengan menggunakan metode yang bervariasi sehingga siswa termotivasi
dalam belajar dan mudah memahami pelajaran.
4.Dengan brainstroming,
penugasan dan latihan siswa dapat menyederhanakan pecahan.
5.Hasil yang dicapai setelah
melaksanakan brainstorming, penugasan dan latihan dapat meningkatkan nilai siswa
pada mata pelajaran Matematika lebih baik dari sebelumnya
B.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di
muka, maka penelitian ini akan berfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan
brainstorming, penugasan dan latihan untuk mengefektifkan pembelajaran
Matematika sehingga secara khusus dapat meningkatkan kemampuan menyederhanakan
pecahan pada siswa kelas IV a di SDN .Palsigunung. Kejelasan fokus penelitian
ini akan tampak dalam pertanyaan penelitian
berikut ini:
- Apakah penggunaan metode brainstorming ,penugasan dan latihan dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan motivasi siswa ?
- Apakah penggunaan metode brainstorming, penugasan dan latihan dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan menyederhanakan pecahan dalam pelajaran Matematika pada siswa kelas IVa SDN Palsigunung ?
C.TUJUAN
PENELITIAN
Tujuan penelitian ini dimaksud untuk
mengetahui apakah penggunaan metode brainstorming, penugasan, dan latihan dapat
meningkatkan pemahaman siswa kelas IVa SDN.Palsigunung pada materi penyederhanaan pecahan mata pelajaran
matematika.
Tujuan penelitian di atas dapat
dirumuskan sebagai berikut.
- Meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran Matematika melalui metode brainstorming, penugasan, dan latihan
- Meningkatkan kemampuan menyederhanakan pecahan melalui brainstorming, penugasan, dan latihan pada siswa kelas IVa SDN Palsigunung
D.MANFAAT
PENELITIAN
Hasil penelitian tindakan kelas
ini dapat memberikan konstribusi dan manfaat.
- Bagi Siswa
Penelitian ini
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyederhanakan pecahan. Selain itu,
melalui metode brainstorming, penugasan dan latihan siswa termotivasi dalam
mengikuti pembelajaran Matematika. Menghilangkan anggapan bahwa belajar
Matematika itu sulit dan membosankan.
- Bagi Guru
Penelitian ini dapat
memacu guru agar lebih kreatif dan dapat
memperbaiki kelemahan – kelemahan yang ada pada dirinya, sehingga dapat
meningkatkan kemampuan dalam menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan
bervariasi.
3.
Bagi teman sejawat
Penelitian ini
dapat membangun kerjasama yang harmonis sehingga dapat memecahkan masalah
serupa di masa yang akan datang.
- Bagi Sekolah
Penelitian ini
dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah, khususnya pada mata pelajaran
Matematika. Sekolah dapat meningkatkan fasilitas pembelajaran yang dibutuhkan
siswa dan guru.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.PEMBELAJARAN HUMANISTIK
Belajar lebih
dari sekedar mengingat. Bagi siswa untuk dapat benar – benar mengerti dan dapat
menerapkan ilmu pengetahuan, mereka harus belajar memecahkan masalah, menemukan
sesuatu bagi dirinya sendiri, dan selalu bergaul dengan ide – ide. Tugas
pendidik tidak hanya menuangkan sejumlah informasi ke dalam benak siswa, tetapi
mengusahakan menanamkan konsep yang penting dalam diri siswa.
Pandangan
tentang pembelajaran Humanistik, ada 3 yaitu :
1.Pandangan Progresif
Pandangan
progresif memfokuskan kepada anak yang mau belajar daripada sebagai subyek
belajar. Masyarakat pendidikan menghendaki agar pengajaran memperhatikan minat,
keutuhan, dan kesiapan anak untuk belajar unuk mencapai tujuan – tujuan sosial
sekolah. John Dewey sebagai tokoh progresif memandang siswa sebagai makhluk sosial
yang aktif dan ngin memahami lingkungan dimana siswa berada, lingkungan
kehidupan manusia secara personal maupun kolektif (social ).
Kemampuan sosial
dan personal siswa dikembangkan melalui pendidikan. Pendidikan adalah membangun
dan mengorganisasikan kembali pengalaman yang mampu pemberian makna terhadap kehidupan
siswa dan dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam memecahkan persoalan – persoalan yang akan dihadapi di masa yang
akan datang.
Pandangan
progresif menghendaki perubahan dalam situasi pendidikan, antara lain:
pengalaman, memberi motivasi bukan perintah, melibatkan siswa dalam situasi
sekolah, menyadarkan siswa bahwa hidup ini dinamis ( selalu berubah ).
Terdapat lima
prinsip pendidikan progresif dalam Ihat Hatimah (2007:1.18), yaitu :
(1)
Berikan kebenaran pada siswa
untuk berkembang secara alami.
(2)
Minat dan pengalaman langsung
merupakan rangsangan yang paling baik untuk belajar.
(3)
Guru memiliki peran sebagai
narasumber dan pembimbing kegiatan belajar.
(4)
Mengembangkan kerjasama antara
sekolah dengan keluarga.
(5)
Sekolah progresif harus menjadi
laboratorium reformasi dan pengujian pendidikan.
2.Pandangan Sosialkultur Konstruktivis
Konstruktivis
lahir dari gagasan Piaget dan Vygotky, dimana keduanya menekankan bahwa
perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi – konsepsi yang telah dipahami
sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami
informasi – informasi baru. Konstruktivis modern banyak berlandasan pada teori
Vygotsky, yang telah digunakan dalam menunjang metode pengajaran yang
menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, dan
penemuan.
Langkah –
langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irawan (2001)
dengan pendekatan teori humanistik adalah :
a.
Menemukan tujuan – tujuan
pembelajaran.
b.
Menentukan materi pelajaran.
c.
Mengindentifikasi kemampuan awal
siswa.
d.
Mengindentifikasi topik – topik
pelajaran yang memungkinkan siswa aktif melibatkan diri dalam belajar.
e.
Merancang fasilitas belajar
seperti lingkungan dan media pembelajaran.
f.
Membimbing siswa belajar secara
aktif.
B.Belajar
Belajar adalah
terjadinya perubahan pada diri orang belajar karena pengalaman ( Darsono
dkk,2000:4 ). Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa beubah kearah yang lebih baik (
Darsono dkk,2000:24).Ada beberapa definisi belajar menurut beberapa pakar
psikologi pendidikan dalam Moh Rosyid (2006:9) diantaranya Gagne(1977), belajar
merupakan perubahan kecakapan yang berlangsung dalam peiode tertentu yang bukan
berasal dari proses pertumbuhan ( fisik), Morgan,at.al ( 1986 ), belajar
merupakan perubahan relatif permanen karena hasil praktek atau pengalaman.
Slavein (1994), belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh
pengalaman (experience). Menurut Slamento dalam Syaiful Bahri ((2002:13),
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara menyeluruh, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut
Skinner ( 1985) dalam Muhibbin Syah ( 2000:89), belajar merupakan suatu proses
adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
Habermas (
Rene,1996), belajar baru terjadi jika ada interaksi antar individu dengan
lingkungannya. Lingkungan belajar yang dimaksud adalah lingkungan alam maupun
lingkungan sosial sebab keduanya tidak dapat dipisahkan (Ihat Hatimah dkk
:1.8). James O,Wittaker dalam Wasty Soemanto (1999:104), belajar sebagai proses
dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Belajar merupakan merupakan proses dasar perkembangan manusia, dengan belajar
manusia melakukan perubahan – perubahan kualitatif individu sehingga tingkah
lakunya berkembang. Semua aktifitas dan prestasi hidup manusia adalah hasil
dari belajar. Belajar adalah suatu proses bukan suatu hasil. Karena itu belajar
berlangsung secara aktif dan intergratif dengan menggunakan berbagai bentuk
perubahan untuk mencapai suatu tujuan.
Berdasarkan
pengertian di muka, belajar adalah kegiatan atau proses manusia untuk berubah
menjadi lebih baik, dari tidak tahu menjadi tahu. Kegiatan belajar terjadi
terus menerus atau belajar sepanjang hayat. Memahami lingkungan juga merupakan
kegiatan belajar. Lingkungan belajar mempunyai pengaruh yang besar terhadap
hasil belajar siswa. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan alam dan
lingkungan sosial. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena saling mempengaruhi.
C.Hasil Belajar
Secara formal
hasil belajar dapat didefinikan tingkah laku yang dikaitkan dengan kegiatan
sekolah. Belajar merupakan fisik atau badaniah yang hasilnya berupa perubahan –
perubahan dalam fisik itu, misalnya, dapat berlari, mengendarai, berjalan, dan
sebagainya. Belajar selain merupakan aktivitas fisik juga merupakan kegiatan
rohani atau psikis.
Hasil belajar
pada dasarnya adalah hasil yang dicapai dalam usaha penguasaan materi dan ilmu
pengetahuan yang merupakan suatu
kegiatan terbentuknya suatu kepribadian yang utuh.
Keberhasilan
hasil belajar dipengaruhi faktor – faktor,antara lain :
(1) Faktor
yang ada pada diri siswa yang disebut faktor individu ( intern), yang meliputi:
a)
Faktor biologis, meliputi
kesehatan, gizi, penglhatan, dan pendengaran.
b)
Faktor psikologi, meliputi
intelegensi, minat, dan motivasi serta perhatian ingatan berpikir.
c)
Faktor kelelahan, meliputi
kelelahan jasmani dan rohani
(2)
Faktor yang ada di luar diri
siswa yang disebut faktor ekstem,yang meliputi:
a)
Faktor keluarga, keluarga
merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama.
b)
Faktor sekolah, meliputi metode
mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan
disiplin di sekolah
c)
Faktor masyarakat, meliputi
bentuk kehidupa masyarakat di sekitar siswa mempengaruhi hasil belajar siswa
Berdasarkan
faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dikaji bahwa belajar merupakan
kegiatan yang cukup komplek. Aktivitas belajar siswa tidak selalu menghasilkan
hasil belajar yang baik tergantung keadaan dalam diri siswa dan di luar diri
siswa pada saat aktivitas tersebut berlangsung.
D.Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk
melakukan aktivitas – aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Namun
pada intinya motivasi merupakan kondisi psikologi yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan,
sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin
melakukan aktivitas belajar.
Dalam buku
psikologi pendidikan Drs. M. Dalyono memaparkan bahwa motivasi adalah daya
penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari
dan juga dari luar ( Dalyono, 2005:55).
Dalam bukunya
Ngalim Purwanto, Sartain mengatakan bahwa motivasi adalah suatu pernyataan yang
komplek di dalam suatu individu yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu
tujuan (goal) atau perangsang (incentive).Tujuan adalah yang
membatasi/menentukan tingkah laku individu itu ( Ngalim Purwanto,2007:61).
Sardiman
menyatakan bahwa motivasi itu sangat bervariasi,dapat dilihat dari berbagai
sudut, antara lain :
(1)
Motivasi dilihat dari dasar
terbentuknya
a.
Motif – motif bawaan, yaitu motif yang dibawa sejak lahir
b.
Motif – motif yang dipelajari,
yaitu motif yang timbul karena dipelajari
(2)
Motivasi menurut Woodworth dan
Marquis
a.
Motif individu, yaitu kebutuhan makan, minum,
bernafas, seksual, dan sebagainya
b.
Motif darurat, seperti
menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas
c.
Motif obyektif
(3)
Motivasi jasmani dan rohani
a.
Motivasi jasmani, seperti,
rileks, insting otomatis, napas, dan sebagainya
b.
Motivasi rohani, seperti, minat
atau kemauan
(4)
Motivasi intrisik dan ekstrisik
a.
Motivasi intrisik adalah motif
yang berasal dari dalam individu
b.
Motivasi ekstrisik adalah motif
yang berasal dari diri individu
Adanya berbagai
jenis motivasi di atas, memberikan suatu gambaran tentang motif – motif yang
ada pada setiap individu. Adapun motif yang terkait dengan pembelajaran
Matematika adalah motif ekstrisik yaitu motif yang memerlukan dorongan dari
luar. Diperlukan motivasi atau dorongan berupa rangsangan dari luar,yang dapat
berupa alat peraga, metode dan materi/buku-buku yang dapat menarik minat
individu.
Adapun bentuk
motivasi yang sering dilakukan di sekolah adalah memberi nilai, hadiah, pujian,
gerakan tubuh, member tugas, member ulangan, mengetahui hasil, dan hukuman. (
Djamarah dan Zain,2002:168)
Dalam aktivitas
belajar, seorang individu membutuhkan suatu dorongan atau motivasi sehingga
yang diinginkan dapat tercapai.Ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar individu,antara lain :
(1)
Faktor individual, seperti,
kematangan atau pertumbuhan, latihan, kecerdasan, motivasi, dan factor pribadi.
(2)
Faktor sosial, seperti, keluarga
atau keadaan keluarga, guru dan cara mengajarnya, alat – alat dalam belajar,
dan motivasi social.
(3)
Faktor Jasmani, seperti,
kesehatan, cacat fisik
(4)
Faktor psikologi, seperti,
intelegensi, minat dan motivasi, perhatian dan bakat, kematangan dan kesiapan
(5)
Faktor kelelahan, seperti,
kelelahan fisik, kelelahan rohani
(6)
Faktor keluarga, seperti, cara
orangtua mendidik, hubungan antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan
rumah
(7)
Faktor sekolah, seperti, metode
mengajar dan kurikulim, hubungan guru dan siswa, disiplin sekolah, alat
pengajaran dan waktu sekolah, keadaan gedung sekolah, standar pelajaran di atas
ukuran
(8)
Faktor masyarakat, seperti,
Kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media dan teman bergaul, bentuk kehidupan
masyarakat
Dengan demikian
sebagai seorang guru, peneliti merasa harus memahami dan memperhatikan faktor
yang mempengaruhi siswa di dalam pembelajaran, khusus pelajaran matematika
tentang menyederhanakan pecahan.
E.Metode
Pembelajaran
Pada dasarnya
guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala
kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak
didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya.Salah
satu hal yang harus dilakukan seorang guru adalah mengajar di kelas. Untuk
menciptakan suasana belajar yang dapat membangkitkan minat anak didik terhadap
pelajaran diperlukan cara untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan,
untuk itu diperlukan metode belajar yang sesuai dengan materi. Adapun metode
pembelajaran yang peneliti gunakan untuk
menciptakan suasana pembelajaran dalam pelajaran matematika dengan materi
menyederhanakan pecahan, antara lain :
1.
Metode Tanya jawab, yaitu metode
yang digunakan untuk mengumpulkan informasi yang pelaksanaannya saling bertanya
dan menjawab antara sumber belajar dan warga belajar
2.
Metode Brainstroming, yaitu suatu
metode pembelajaran yang menghimpun pengetahuan yang dimiliki siswa dengan cara
menggali pengetahuan siswa yang telah lalu dan mengaitkannya dengan pelajaran
saat ini
3.
Metode penugasan, yaitu cara
memberikan tugas yang dilakukan sumber belajar kepada warga belajar yang
pelaksanaannya dapat dilakukan di dalam kelas, maupun di luar kelas, baik
secara individu atau pun kelompok.
4.
Metode latihan, yaitu cara
melatih warga belajar tentang kegiatan – kegiatan tertentu secara berulang –
ulang dengan materi yang sama
5.
Metode Ceramah, yaitu metode yang
digunakan untuk menyampaikan informasi oleh narasumber kepada warga belajar
F.Materi Pelajaran
Pecahan
merupakan salah satu bilangan dalam pelajaran matematika. Untuk menggantikan nilai
x dari sembarang kalimat yang mempunyai bentuk p : q = x , dengan p dan q
adalah bilangan cacah,ditulis dalam
bentuk p/q dan bentuk ini disebut
pecahan. Pada bentuk p/q, p disebut pembilang (numerator), dan q disebut
penyebut ( denumerator).
Bilangan –
bilangan yang ditulis dalam bentuk pecahan, p/q disebut bilangan rasional.
p/q dapat dituliskan dalam bentuk gambar seperti :



Pecahan juga dapat dituliskan
dalam garis bilangan, seperti :





0 ¼ 2/4 ¾ 4/4
0 1/3 2/3 3/3
Bilangan pecahan juga memiliki
persamaan nilai walaupun berbeda penyebut dan pembilangannya,contohnya:
½ = 2/4, 2/3 = 4/6, 12/16 = ¾, …
Persamaan pecahan ini dapat
dicari dengan mengalikan pecahan dan
pembagian dengan menggunakan bilangan yang sama pada pembilang dan penyebutnya
seperti contoh di bawah ini :
½ = 2/4
½ x 2/2 = 2/4
2/3 = 4/6
2/3 x 2/2 = 4/6
12/16 = ¾
12/16 : 4/4 =3/4
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Penelitian
pembelajaran yang dilaksanakan penulis adalah Mata pelajaran Matematika dengan
materi penyederhanaan pecahan, yang dilaksanakan di SDN.Palsigunung, kelas IV a
semester 2 tahun pelajaran 2011/2012. Kegiatan pembelajaran dibagi menjadi 2, yaitu
jam belajar pagi dan siang hari. Jumlah referensi buku pelajaran matematika
cukup memadai..Latar belakang pendidikan orangtua siswa sebagian besar tamatan
SD, pekerjaan utamanya sebagian besar buruh dan pedagang. Bahasa yang yang
digunakan siswa di rumah dan dalam pergaulan di sekolah adalah bahasa betawi.
Dari latar tersebut dapat dilihat bahwa kehidupan sosial siswa kelas IV a masih
dalam taraf pra sejahtera, sehingga dapat tergolong ekonomi lemah. Dengan
demikian perhatian orangtua terhadap pendidikan kurang maksimal, mereka sibuk
mencari nafkah sehingga siswa sering kali di tinggal sendirian di rumah tanpa
pengawasan orang tua.
Subyek
penelitian siswa kelas IV a, SDN.Palsigunung tahun pelajaran 2011/2012, dengan
jumlah siswa 40 orang. Siswa laki – laki berjumlah 28 orang, dan siswa
perempuan berjumlah 12 orang.Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dari
tanggal 13 – 28 Februari 2012, dan dibagi ke dalam tiga siklus.
B. Deskripsi Persiklus
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian ini
meupakan pengembangan metode dan strategi pembelajaran yang dikemas dalam
bentuk metode penelitian kelas ( class action research ). Penelitian Tindakan
Kelas ( PTK ) meupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkontek kelas yang
dilaksanakan oleh guru, untuk memecahkan masalah – masalah pembelajaran yang
dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencoba hal –
hal baru dalam pembelajaran demi meningkatkan mutu dan hasil belajar.
Alat pengumpul
data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: catatan guru, catatan
siswa, angket dan berbagai dokumen yang terkait dengan siswa. Prosedur
penelitian terderi dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan refleksi. Refleksi pada tiap siklus, dan akan berulang kembali
pada siklus – siklus berikutnya. Prosedur pelaksanaan PTK tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut ( Wardhani 2006:24)
Gambar 1.1 Tahap – tahap dalam PTK
Sumber : Siklus PTK (Kasbollah,1998/1999:70) H.Metode Penelitian
Mengacu pada
pendapat pakar tersebut, maka prosedur pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang
diterapkan melalui Penelitian Tindakan Kelas dijalankan sesuai proses
pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahapan. Pada tahapan tindakan (action) siklus pertama dilaksanakan dalam
satu kali pertemuan, sedangkan pada siklus kedua dan ketiga masing – masing
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, maka hasil refleksi pada siklus yang
telah dilaksanakan akan digunakan untuk memperbaiki rencana perbaikan
pembelajaran pada siklus selanjutnya.
Setelah siklus
berlangsung sebanyak dua kali, mungkin perbaikan pembelajaran yang diinginkan
sudah terjadi, tetapi hasilnya belum mencapai presentasi yang diinginkan, maka
akan dicapai melalui siklus PTK selanjutnya.
Alur Penelitian
Tindakan Kelas secara ringkas mencakup langkah – langkah sebagai berikut: Pada
saat peneliti belum melaksanakan penelitian tindakan kelas, peneliti menetapkan
ide awal sebagai upaya mengidentifikasi masalah, menemukan solusi dan mengatasi
pembelajaran di kelas agar pembelajaran menjadi bermutu. Dari hasil diagnostic
diperoleh data awal yang peneliti diskusikan dengan supervesor 2 ( teman
sejawat), maka ditetapkan tindakan siklus I. Dalam siklus I perbaikan
pembelajaran dilakuan dalam satu kali pertemuan.Karena pada siklus I belum
mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan maka dilanjutkan perbaikan
pembelajaran dengan merevisi RPPP ( rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran)
siklus I dan menetapkan siklus II. Dalam siklus II tindakan dilakukan dalam dua
pertemuan.Hal ini dilakukan untuk mendapat hasil perbaikan yang maksimal.
Karena pada siklus II pun belum mencapai kriteria keberhasilan yang diharapakan
maka dilanjutkan perbaikan pembelajaran dengan mengulang RPPP (rencana pelaksanaan perbaikan
pembelajaran) siklus II dan menetapkan siklus III. Dalam siklus III tindakan
juga dilakukan dalam dua kali pertemuan. Jika pada siklus III diperkirakan
telah mencapai kriteria keberhasilan maka perbaikan pembelajaran melalui
penelitian tindakan kelas dianggap sudah selesai.Aspek yang diamati dalam
setiap siklusnya adalah kegiatan siswa saat pelaksanaan perbaikan pembelajaran
matematika dengan materi penyederhanaan pecahan
dengan menggunakan metode Tanya jawab , brainstorming, penugasan ,
latihan, dan ceramah dengan alat pengumpul data yang telah disebutkan di atas.
Data yang
diambil adalah data kuantitatif dari
hasil tes, presensi, nilai tugas serta data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias
siswa, partisipasi, atau keberanian siswa mengerjakan soal di papan tulis.Instrumen
yang dipakai berbentuk: soal tes, lembar penilain sikap, observasi, dan catatan
lapangan. Data yang terkumpul dianalisis untuk mengukur indikator keberhasilan
yang sudah dirumuskan.
C. Teknis Analisis Data
Data dianalisis
berdasarkan perubahan yang terjadi pada setiap siklus tentang kemampuan siswa
menyederhanakan pecahan. Hasil analisis refleksi pertama, yang berasal dari
jurnal dan observasi kelas digunakan sebagai acuan untuk menentukan tahapan
siklus berikutnya.Siklus berikutnya diharapkan ada peningkatan dalam hasil
belajar dan motivasi belajar siswa dalam mempelajari penyederhanaan pecahan.
Siklus I
Perencanaan
1.
Identifikasi masalah dan menetapkan pemecahan masalah.
Merencanakan Pelaksanaan Pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar
mengajar. Menetapkan standar kompetensi dasar sebagai berikut:
2.
Memilih bahan pelajaran sesuai dengan kompetensi dasar.
3. Menentukan scenario pembelajaran.
4. Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang
dibutuhkan.
5. Menyusun lembar penilaian
6. Mengembangkan format evaluai
7. Mengembangkan format obeservasi pembelajaran
Gambar 1
Kegiatan Pembelajaran Siklus I

Pelaksanaan
1. Guru melakukan kegiatan Tanya jawab dengan peserta
didik tentang pecahan dari pelajaran sebelumnya, kemudian menjelaskan materi
baru yang masih berkatan dengan pecahan, yaitu persamaan nilai pecahan dan
penyederhanaan pecahan dengan teknik perkalian dan pembagian.
2. Siswa mengerjakan latihan soal kemudian membahasnya
bersama guru
3. Guru menyimpulkan pelajaran dan memberikan pr.
Pengamatan
( observasi)
Dari
hasil pengamatan Supervisor 2 melihat partispasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran sangat kurang, kegiatan hanya berfokus pada guru ( teacher
center), dan siswa hanya mengikuti apa yang diperintahkan oleh guru. Dari hasil
pengamatan juga ditemukan bahwa kemampuan siswa dalam perkalian dan pembagian
masih sangat rendah.
Refleksi
Peneliti
mendiskusikan hasil pengamatan dengan supervisor 2, tentang kelemahan dan
kekuatan yang dimiliki peneliti sebagai seorang guru saat mengajarkan materi
persamaan dan penyederhanaan pecahan dan memberikan masukkan yang dapat
meningkatkan efektifitas pembelajaran di kelas pada siklus beikutnya. Dari
hasil diskusi diputuskan untuk mengubah metode pembelajaran yang dapat
meningkatakan kemampuan siswa dalam perkalian dan pembagian yang dapat
menunjang penguasaan materi persamaan dan penyederhanaan pecahan,serta dapat meningkatkan
partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Siklus
II
Perencanaan
1. Indentifikasi masalah yang muncul pada siklus I, dan
penetapan alternative masalah, adapun beberapa masalah yang terjadi pada siklus
I adalah
a. Sebanyak 65 % siswa belum mampu untuk menyerap materi
pelajaran dengan baik melalui kegiatan deduktif-deskriptif (meringkas
uraian materi),ekspositori (menerangkan),tanya jawab
b. Ada 27 siswa dari 40 siswa yang
belum tuntas belajar.
c. Tingkat partisipasi anak dalam pembelajaran belum maksimal
2. Menetapkan indikator pencapaian hasil belajar.
3. Mengembangkan program tindakan siklus II dengan merevisi RPP siklus I
Gambar 2
Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

Gambar 3
Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

Pelaksanaan
Pertemuan 1
1. Guru bertanya jawab dengan siswa tentang pelajaran sebelumnya kemudian
menugaskan siswa melafalkan perkalian 3 – 5
2. Guru menempelkan kartu bilangan pecahan pada papan tulis dan meminta
siswa menuliskan pecahan yang senilai.
3. Siswa diminta menjelaskan dari mana mereka mendapatkan hasil tersebut,kemudian
siswa diminta menuliskan caranya di papan tulis
4. Guru memberikan pujian, penguatan hasil kerja siswa di papan tulis,
membetulkan dan menjelaskan pengerjaan yang salah yang dilakukan siswa dalam
mencari persamaan dan penyederhanaan pecahan, kemudian guru menjelaskan kembali
secara rinci.
5. Siswa diminta mengerjakan soal latihan kemudian membahasnya kembali
bersama-sama.
Pertemuan 2
Kegiatan
yang dilakukan hampir sama dengan pertemuan pertama hanya bilangan pecahan yang
digunakan untuk materi persamaan dan penyederhanaan pecahan disesuaikan dengan
perkalian yang dihapalkan yaitu perkalian 4 – 9.
Pengamatan ( observasi )
Supervisor
2 melihat adanya peningkatan partispasi siswa dalam kegiatan belajar, kemajuan
dalam hapalan perkalian 3 – 5 pada siswa kelas IV a meningkat dan kegiatan
pembelajaran mulai perpusat pada siswa ( student learning)
Refleksi
Setelah
melihat hasil pengamatan supervisor 2 dan
hasil belajar siswa, dan mendiskusikannya dengan supervesor 2 diputuskan
untuk lebih menekankan pembelajaran perkalian dan pembagian diawal pembelajaran
karena dapat meningkatkan ingatan siswa terhadap perkalian dan pembagian,selain
itu juga meningkatkan pemahaman siswa terhadap cara mencari persamaan dan
penyederhanaan pecahan, Untuk siklus selanjutnya keaktifan siswa dalam
pembelajaran akan lebih ditingkatkan.
Siklus III
Perencanaan
1. Indentifikasi masalah yang muncul pada siklus II,
dan penetapan alternative masalah, adapun beberapa masalah yang terjadi pada
siklus II adalah
d. Pada pertemuan pertama sebanyak 47,5 % siswa belum mampu untuk menyerap materi
pelajaran dengan baik melalui kegiatan tanya jawab, brainstorming, penugasan, latihan, dan
ceramah
Pada pertemuan kedua sebanyak 40 % siswa belum mampu
menyerap materi pelajaran dengan baik melalui
kegiatan tanya
jawab, brainstorming, penugasan, latihan, dan ceramah
e. Pada pertemuan pertama ada 19 siswa dari 40 siswa yang belum tuntas
belajar dan pada pertemuan kedua ada 16 siswa dari 40 siswa yang belum tuntas
belajar.
f. Tingkat partisipasi anak dalam pembelajaran mulai meningkat tetapi belum
maksimal
2. Menetapkan indikator pencapaian hasil belajar.
3. Mengembangkan program tindakan siklus III dengan merevisi RPP siklus II .
Gambar 4
Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III

Pelaksanaan
Pelaksanaan
tindakan yang dilakukan pada pertemuan 1 dan 2
sama dengan siklus II. Siswa di dan coba lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan guru hanya
bertindakan sebagai fasilitator
Pengamatan
(observasi)
Pengamatan
yang dilakukan oleh supervisor 2 mendapatkan data partisipasi siswa yang
meningkat, aktifan siswa terarah pada pembelajaran, dan hanya ditemukan
beberapa siswa yang masih bermain saat pembelajaran berlangsung.
Refleksi
1.
Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus III berdasarkan data
yang terkumpul.
2.
Membahas hasil evaluasi tentang scenario pembelajaran pada siklus III.
3.
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap tindakan pada siklus III dari data
yang terkumpul baik dari hasil formatif siswa, tugas pr, maupun catatan
perilaku siswa yang relevan dengan pembelajaran diperoleh data yang cukup
signifikan.Pada siklus III pertemuan pertama 26 siswa dari 40 siswa sudah
tuntas belajar, dan pada pertemuan kedua ada 31 siswa dari 40 siswa yang telah
tuntas belajar, berate siswa yang belum tuntas belajar tinggal 9 siswa. Dengan
kriteria ketuntasan minimal 75 %, dengan demikian pelaksanaan perbaikan pada
siklus III dinyatakan telah dituntaskan karena secara klasikal telah memenuhi
kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu 77,5 % siswa telah mencapai
ketuntasan materi minimal 75 %. Kriteria keberhasilan penelitian ini dari sisi
proses dan hasil adalah dengan berhasilnya siswa dalam menyelesaikan masalah –
masalah yang diberikan guru tentang penyederhanaan pecahan dengan kegiatan
Tanya jawab, brainstorming, penugasan, latihan, dan ceramah dengan sumber
belajar yang telah difasilitasi guru, serta nilai tes formatif siswa pada
siklus III meningkat.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini penulis akan mencoba menyajikan
data hasil penelitian dan hasil analisis data
yang diuraikanpersiklus penelitian. Adapun jumlah siklus penelitian ini
adalah 3 siklus. Hal ini disebabkan perolehan data dari ketiga sklus penelitian
telah memberikan gambaran yang cukup
signifikan pencapaian tujuan penelitian. Artinya, data yang diperoleh silus
demi siklus menunjukkan pada peningkatan hasil belajar siswa yang menjadi
konsentrasi dalam penelitian ini.
A.
Siklus I
Pada siklus ini,
pembelajaran matematika dengan materi bahasan penyederhanaan pecahan. Perangkat
pembelajaran yang digunakan pada siklus ini
RPP. RPP yang digunakan adalah rpp hasil refleksi pada tahap perencanaan
antara peneliti dan supervisor 2 .Untuk rpp yang digunakan dapat dilihat pada
lampiran.
Berikut uraian langkah
pokok kegiatan pada tahaf ini, yakni sebagai berikut :
1.
Siswa menuliskan berbagi bentuk pecahan sederhana yang diketahui
2.
Siswa menandai pecahan yang bernilai sama
3.
Siswa mencari persamaan pecahan melalaui perkalian
4.
Siswa menyederhanakan pecahan menggunakan pembagian
Dari hasil penelitian
lapangan ( pengamatan supervesor 2) dapat dilihat pada lampiran dengan hasil
analisis data yang diperoleh pada siklus I terangkum pada table berikut ini:
Tabel 1
Table penilai produk dan
sikap siklus I
|
SKOR
|
ASPEK YANG DINILAI
|
|
|
PRODUK
|
SIKAP
|
|
|
4
|
10
|
18
|
|
3
|
13
|
0
|
|
2
|
14
|
9
|
|
1
|
0
|
10
|
Dari table 1 dapat dilihat
tingkat partisipasi siswa pada siklus I sangat rendah yaitu hanya 18 siswa dari
40 siswa yang secara aktif
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran dan itu berarti hanya 45 %
siswa yang termotivasi untuk belajar.
Tabel 2
Hasil Belajar Siklus I
KKM :75
|
NO
|
SKOR NILAI
|
JUMLAH
|
PRESENTASI
|
|
1
|
100
|
11
|
27,5 %
|
|
2
|
80
|
3
|
7,5 %
|
|
3
|
60
|
8
|
20 %
|
|
4
|
40
|
9
|
22,5 %
|
|
5
|
20
|
6
|
15 %
|
|
6
|
0
|
3
|
7, 5 %
|
Dari tabel 2 dapat kita
lihat bahwa siswa yang memahami materi
persamaan nilai dan penyederhanaan pecahan dan dapat mencapai
belajar hanya 35 % atau hanya 14 siswa dari 40 siswa yang memahami
pelajaran pada siklus I.
B.
Siklus II
Pada siklus II,
pembelajaran matematika dengan materi bahasan penyederhanaan pecahan. Perangkat
pembelajaran yang digunakan pada siklus ini
RPP. RPP yang digunakan adalah
RPPP hasil refleksi pada siklus I
antara peneliti dan supervisor 2 .Untuk RPPP
yang digunakan dapat dilihat pada lampiran.
Berikut uraian langkah
pokok kegiatan pada tahaf ini, yakni
sebagai berikut :
1.
Siswa melafalkan perkalian 3 – 5
2.
Siswa membahas pr
3.
Siswa menuliskan persamaan pecahan di papan tulis
4.
Siswa menjelaskan cara mendapatkan persamaan pecahan dan penyederhanaan
pecahan
5.
Siswa mengerjakan latihan
6.
Siswa membahas soal latihan
Dari hasil penelitian lapangan ( pengamatan
supervesor 2) dapat dilihat pada lampiran dengan hasil analisis data yang
diperoleh pada siklus II terangkum pada
table berikut ini:
Tabel 3
Table penilai produk dan
sikap siklus II pertemuan 1 daan 2
|
NO
|
SKOR
|
ASPEK
YANG DINILAI
|
|||
|
PRODUK
|
SIKAP
|
||||
|
1
|
2
|
1
|
2
|
||
|
1
|
4
|
10
|
10
|
18
|
18
|
|
2
|
3
|
17
|
17
|
8
|
16
|
|
3
|
2
|
13
|
13
|
9
|
4
|
|
4
|
1
|
0
|
0
|
5
|
2
|
Dari table 3 dapat dilihat tingkat partisipasi siswa
pada siklus II mulai meningkat pada pertemuan ke-1, yaitu: 26
siswa dari 40 siswa yang
aktif berpartisipasi dalam
kegiatan pembelajaran dan itu berarti 65
% siswa yang termotivasi untuk belajar
dan pada pertemuan ke-2, yaitu: 34 siswa dari 40 siswa aktif berpartisipasi
dalam kegiatan pembelajaran dan itu berarti 85 % siswa yang termotivasi untuk belajar.
Tabel 4
Hasil Belajar Siklus II
Pertemuan 1 dan 2
KKM :75
|
NO
|
SKOR NILAI
|
JUMLAH
|
PRESENTASI
|
|||
|
1
|
2
|
1
|
2
|
|||
|
1
|
100
|
10
|
12
|
25 %
|
30 %
|
|
|
2
|
80
|
11
|
12
|
27,5 %
|
30 %
|
|
|
3
|
60
|
10
|
11
|
25 %
|
27,5 %
|
|
|
4
|
40
|
4
|
5
|
10 %
|
12,5
%
|
|
|
5
|
20
|
5
|
0
|
12,5 %
|
0
%
|
|
|
6
|
0
|
0
|
0
|
0 %
|
0 %
|
|
Dari tabel 4 dapat kita
lihat bahwa siswa yang memahami materi
persamaan nilai dan penyederhanaan pecahan dan dapat mencapai
belajar pada siklus II pertemuan
ke-1 52,5 % berarti 21 siswa dari 40
siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar
dan pertemuan ke-2 60 % berarti 24 siswa dari 40 siswa yang telah
memahami dan mencapai ketuntasan belajar.
Siklus III
Pada siklus III, pembelajaran matematika dengan
materi bahasan penyederhanaan pecahan. Perangkat pembelajaran yang digunakan
pada siklus ini RPP. RPP yang digunakan
adalah RPPP hasil refleksi pada siklus II antara peneliti
dan supervisor 2 .Untuk RPPP yang
digunakan dapat dilihat pada lampiran.
Berikut uraian langkah pokok kegiatan pada
tahaf ini, yakni sebagai berikut :
1.
Siswa melafalkan perkalian 4 - 9
2.
Siswa membahas pr
3.
Siswa menuliskan persamaan pecahan di papan tulis
4.
Siswa menjelaskan cara mendapatkan persamaan pecahan dan penyederhanaan
pecahan
5.
Siswa mengerjakan latihan
6.
Siswa membahas soal latihan
Dari hasil penelitian lapangan ( pengamatan
supervesor 2) dapat dilihat pada lampiran dengan hasil analisis data yang
diperoleh pada siklus III terangkum pada
table berikut ini:
Tabel 5
Table penilai produk dan
sikap siklus III pertemuan 1 dan 2
|
NO
|
SKOR
|
ASPEK
YANG DINILAI
|
|||
|
PRODUK
|
SIKAP
|
||||
|
1
|
2
|
1
|
2
|
||
|
1
|
4
|
13
|
11
|
19
|
20
|
|
2
|
3
|
14
|
16
|
20
|
17
|
|
3
|
2
|
13
|
13
|
1
|
3
|
|
4
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Dari tabel 5 dapat dilihat tingkat partisipasi siswa
pada siklus III pertemuan ke-1 mulai
meningkat yaitu 39 siswa dari 40 siswa yang aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran dan
itu berarti 97,5 % siswa yang termotivasi untuk belajar dan
kemudian menurun pada pertemuan ke-2 yaitu menjadi 37 siswa dari 40 siswa dan
itu berarti 92,5 %.
Tabel 6
Hasil Belajar Siklus III
Pertemuan 1 dan 2
KKM :75
|
NO
|
SKOR NILAI
|
JUMLAH
|
PRESENTASI
|
|||
|
1
|
2
|
1
|
2
|
|||
|
1
|
100
|
17
|
19
|
42,5
%
|
47,5 %
|
|
|
2
|
80
|
10
|
12
|
25
%
|
30 %
|
|
|
3
|
60
|
13
|
9
|
32,5
%
|
22,5 %
|
|
|
4
|
40
|
0
|
0
|
0 %
|
0 %
|
|
|
5
|
20
|
0
|
0
|
0 %
|
0 %
|
|
|
6
|
0
|
0
|
0
|
0
%
|
0 %
|
|
Dari tabel 6 dapat kita lihat bahwa siswa yang
memahami materi persamaan nilai dan
penyederhanaan pecahan dan dapat
mencapai belajar pada sikus III
pertemuan ke-1 meningkat menjadi 67,5 %
atau 27 siswa dari 40 siswa dan pada pertemuan ke-2 meningkat menjadi
77,5 % atau 31 siswa dari 40 siswa.
Kesimpulan sementara yang dapat diperoleh dari hasil
analisis data tersebut adalah bahwa kegiatan pembelajaran dengan metode Tanya
jawab, brainstorming, penugasan, latihan, dan ceramah cukup efektif
meningkatkan hasil belajar siswa.
Tabel 7
Tabel Penilaian Sikap
Siklus I, II, dan III
|
SKOR
|
PENILAIAN SIKAP
|
||
|
SIKLUS I
|
SIKLUS II
|
SIKLUS III
|
|
|
4
|
18
|
18
|
20
|
|
3
|
0
|
16
|
17
|
|
2
|
9
|
4
|
3
|
|
1
|
10
|
2
|
0
|
Chart 1
Grafik Perubahan Sikap
Siklus I, II, dan III

Tabel 8
Tabel Penilaian Produk (
Pemahaman Siswa) Siklus I, II, dan III
|
SKOR
|
PENILAIAN PRODUK
|
||
|
SIKLUS I
|
SIKLUS II
|
SIKLUS III
|
|
|
4
|
10
|
10
|
13
|
|
3
|
13
|
17
|
14
|
|
2
|
14
|
13
|
13
|
|
1
|
0
|
0
|
0
|
CHART 2
Grafik Penilaian Produk (
Pemahaman Siswa) Siklus I , II, dan III

Tabel 8
Tabel Hasil Belajar Siklus
I, II, dan III
|
NILAI
|
HASIL BELAJAR
|
||
|
SIKLUS I
|
SIKLUS II
|
SIKLUS III
|
|
|
100
|
11
|
12
|
19
|
|
80
|
3
|
12
|
12
|
|
60
|
8
|
11
|
9
|
|
40
|
9
|
5
|
0
|
|
20
|
6
|
0
|
0
|
|
0
|
3
|
0
|
0
|
CHART .3
Grafik Hasil Belajar
Siklus I, II, dan III

Berdasarkan kesimpulan sementara pada siklus I, II,
dan III dapat disimpulkan bahwa hipotesa tindakan dalam penelitian tindakan
kelas ini yakni ” Meningkatkan Kemampuan Menyederhanakan pecahan dan
Motivasi Siswa Kelas IVa SD Negeri
Palsigunung Pada Mata Pelajaran Matematika Dengan Metode Bervariasi” dapat diterima.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian tindakan
kelas mengenai penerapan metode Tanya jawab, brainstorming, penugasan, latihan,
dan ceramah pada siswa kelas IV a SDN. Palsigunung dalam pelajaran Matematika
selama 3 siklus penelitian dapat disimpulkan:
1.
Selama berlangsungnya PTK, upaya penerapan metode Tanya jawab,
brainstorming, penugasan, latihan, dan ceramah telah dikelola dengan baik.
2.
Kegiatan pembelajaran dengan metode Tanya jawab, brainstorming,
penugasan, latihan, dan ceramah yang dikelola dengan baik ternyata cukup
efektif meningkatkan motivasi belajar siswa.
3.
Kegiatan pembelajaran dengan metode Tanya jawab, brainstorming,
penugasan, latihan, dan ceramah yang dikelola dengan baik ternyata cukup
efektif terhadap peningkatan hasil
belajar siswa.
4.
Hipotesis tindakan yang menyatakan
“ Apabila upaya penerapan metode Tanya jawab, brainstorming, penugasan,
latihan, dan ceramah dapat berjalan
efektif, maka hasil belajar siswa akan meningkat” dapat diterima
C. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah :
1.
Pelaksanaan metode Tanya jawab, branstroming, penugasan, latihan, dan
ceramah sebagai salah satu bagian dari pembelajaran dalam mata pelajaran
matematika khususnya dan mata pelajaran lainnya perlu terus ditingkatkan
mengingat cukup signifikan dampak positif penerapannya terhadap tingkat
motivasi dan hasil belajar siswa.
2.
Guru – gur harus dapat mengenali dan menggunakan berbagai metode,
strategi dan/atau model pembelajaran, sehingga mempunyai banyak pilihan untuk
diterapkan sesuai materi dan/atau kompetensi dasar, karakteristik siswa, serta
kesediaan sarana prasarana.
3.
Pelatihan pengembangan model pembelajaran perlu diberikan oleh sekolah,
atau lembaga – lembaga terkait .
DAFTAR
PUSTAKA
Seels, Barbara B. &
Richey, Rita C. 1994. Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya.
Penerjemah Dewi S. Prawiradilaga dkk. Jakarta: Kerjasama IPTPI LPTK UNJ.
Terry
Anderson & Fathi Elloumi (Eds.). 2004. Theory and Practice of
Online Learning. Canada. Athabasca University
H, Djali. 2007. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
M, Dalyono. 1997. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Muhibin, Syah. 2002.
Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sumanto, Wasty. 2006.
Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Gage, N.L., & Berliner,
D. 1979. Educational Psychology. Second Edition, Chicago: Rand Mc.
Nally]
Bell Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan.
Jakarta: CV. Rajawali
Moll, L. C. (Ed.). 1994. Vygotsky and Education:
Instructional Implications and Application of Sociohistorycal Psychology.
Cambridge: Univerity Press
Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi
Variable. Jakarta: Depdikbud
Gagne, E.D., (1985). The Cognitive Psychology of School
Learning. Boston, Toronto: Little, Brown and Company
Light, G. and Cox, R. 2001. Learning and Teaching ini
Higher Education. London: Paul Chapman Publising
Slavin, R.E. 1991. Educational Psychology. Third
Edition. Boston: Allyn and Bacon
Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and
Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon
Kurikulum 2006
Matematika 4b tiga serangkai

Komentar
Posting Komentar