Meningkatkan Kemampuan Menyederhanakan pecahan dan Motivasi Siswa Kelas IVa SD Negeri Palsigunung Pada Mata Pelajaran Matematika Dengan Metode Bervariasi


Meningkatkan Kemampuan Menyederhanakan pecahan dan Motivasi Siswa Kelas IVa  SD Negeri Palsigunung Pada Mata Pelajaran Matematika Dengan Metode  Bervariasi 
oleh
NURUL FATMA HUDHA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar “baca tulis hitung”, pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa yang sesuai dengan tingkat perkembangannya serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan di SLTP. Terkait dengan tujuan memberikan bekal kemampuan dasar “berhitung” maka peranan pengajaran matematika di SD menjadi sangat penting. Pembelajaran matematika tidak hanya pada tahap mengenal bilangan (di kelas I dan kelas II) tetapi juga pada tercapainya kemahiran berhitung (di kelas-kelas tinggi atau kelas III sampai kelas VI SD).
Hakikatnya belajar matematika adalah penanaman penalaran  pembinaan dan  keterampilan dari konsep – konsep, oleh sebab itu  pembelajaran matematika diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari – hari dengan menggunakan cara yang efektif dan benar, baik secara lisan maupun tertulis (Kurikulum Pendidikan Dasar GBPP Kelas II, 1994:20). Belajar matematika siswa harus menguasai tiga konsep yaitu: konsep dasar, konsep yang berkembang, dan konsep yang harus dibina keterampilannya
Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD)  mempunyai peran penting yaitu mengembangkan pola pikir yang dapat digunakan di dalam lingkungannya dan dapat digunakan untuk mempelajari ilmu – ilmu yang lainnya. Keterampilan berhitung merupakan salah satu keterampilan matematika yang harus dimiliki oleh para siswa yang sedang belajar mulai tingkat pendidikan dasar (SD) sampai perguruan tinggi (PT). Keterampilan berhitung sifatnya fungsional bagi pengembangan diri untuk kehidupan masyarakat.
Data menunjukkan bahwa kemampuan siswa menyederhanakan pecahan dalam pembelajaran matematika sangat kurang atau masih rendah, yaitu dari 40 siswa kelas IV a SDN.Palsigunung  hanya 10 siswa yang mendapat nilai 100 ,4 siswa mendapat nilai 70 dan sisanya di bawah 50,  setelah diadakan tes awal kemampuan siswa dalam menyederhanakan pecahan  pada tanggal 13 Februari 2012 ,KKM yang ditentukan untuk pelajaran matematika adalah 75 .Dari  hasil test awal yang di dapat berarti hanya 25 % siswa yang dapat mencapai KKM.
Rendahnya kemampuan siswa dalam menyederhanakan pecahan  ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:kurangnya pemahaman siswa terhadap perkalian dan pembagian , kurangnya latihan yang diberikan guru, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas kurang bervariasi dan kurangnya tugas yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan latar belakang di muka, maka peneliti berkeinginan melakukan PTK dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Menyederhanakan pecahan dan Meningkatkan Motivasi Siswa Kelas IVa  SD Negeri Palsigunung Pada Mata Pelajaran Matematika Dengan Metode Bervariasi“. Peneliti ingin mencoba mengubah kebiasaan siswa,dan menciptakan suasana belajar yang  kondusif dan komunikatif.
INDENTIFIKASI MASALAH
Peneliti merasakan adanya masalah yang terjadi di dalam kelas dan merasa risau dengan kemampuan siswa menyederhanakan pecahan dan melihat kembali pembelajaran yang telah berlangsung ,mencari kesalahan – kesalahan dalam pembelajaran melalui repleksi diri dan mendiskusikannya dengan rekan sejawat sehingga diperoleh gambaran nyata sebagai berikut :
1.Apakah penyebab ketidak mampuan siswa dalam menyederhanakan pecahan ?
2.Apakah kurangnya kemampuan siswa dalam perkalian dan pembagian mempengaruhi kemampuan siswa dalam penyederhanan pecahan ?
3.Apakah kurangnya minat  siswa dalam menghafal perkalian dan pembagian mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyederhanakan pecahan ?
4.Apakah perilaku guru dalam pembelajaran mempengaruhi perilaku siswa terhadap pembelajaran ?
6.Apakah kurangnya dukungan dan motivasi mempengaruhi minat siswa dalam belajar matematika?
ANALISIS MASALAH
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan guru selaku peneliti membuat rencana pemecahan masalah sebagai berikut:
1.Memberikan latihan mengingat kembali pelajaran perkalian dan pembagian pada siswa kelas IVa SDN Palsigunung  sehingga dapat memahami perkalian dan pembagian.
2.Memotivasi siswa kelas IVa SDN.Palsigunung  untuk menghafal perkalian dan pembagian sehingga dapat mengembangkan kemampuan berhitung siswa.
3.Mengubah perilaku di dalam kelas dengan menggunakan metode yang bervariasi sehingga siswa termotivasi dalam belajar dan mudah memahami pelajaran.
4.Dengan brainstroming, penugasan dan latihan siswa dapat menyederhanakan pecahan.
5.Hasil yang dicapai setelah melaksanakan brainstorming, penugasan dan latihan dapat meningkatkan nilai siswa pada mata pelajaran Matematika lebih baik dari sebelumnya
B.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di muka, maka penelitian ini akan berfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan brainstorming, penugasan dan latihan untuk mengefektifkan pembelajaran Matematika sehingga secara khusus dapat meningkatkan kemampuan menyederhanakan pecahan pada siswa kelas IV a di SDN .Palsigunung. Kejelasan fokus penelitian ini akan tampak dalam pertanyaan penelitian  berikut ini:
  1. Apakah penggunaan metode  brainstorming ,penugasan dan latihan  dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan motivasi siswa ?
  2. Apakah penggunaan  metode brainstorming, penugasan dan latihan dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan menyederhanakan pecahan dalam pelajaran Matematika pada siswa kelas IVa SDN  Palsigunung ?
C.TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini dimaksud untuk mengetahui apakah penggunaan metode brainstorming, penugasan, dan latihan dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas IVa SDN.Palsigunung pada  materi penyederhanaan pecahan mata pelajaran matematika.
Tujuan penelitian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut.
  1. Meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran Matematika melalui metode brainstorming, penugasan, dan latihan
  2. Meningkatkan kemampuan menyederhanakan pecahan melalui brainstorming, penugasan, dan latihan pada siswa kelas IVa SDN  Palsigunung
D.MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan konstribusi dan manfaat.
  1. Bagi Siswa
Penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyederhanakan pecahan. Selain itu, melalui metode brainstorming, penugasan dan latihan siswa termotivasi dalam mengikuti pembelajaran Matematika. Menghilangkan anggapan bahwa belajar Matematika itu sulit dan membosankan.
  1. Bagi Guru
Penelitian ini dapat memacu guru agar lebih kreatif  dan dapat memperbaiki kelemahan – kelemahan yang ada pada dirinya, sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan bervariasi.
3.      Bagi teman sejawat
Penelitian ini dapat membangun kerjasama yang harmonis sehingga dapat memecahkan masalah serupa di masa yang akan datang.
  1. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah, khususnya pada mata pelajaran Matematika. Sekolah dapat meningkatkan fasilitas pembelajaran yang dibutuhkan siswa dan guru.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.PEMBELAJARAN HUMANISTIK
Belajar lebih dari sekedar mengingat. Bagi siswa untuk dapat benar – benar mengerti dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan, mereka harus belajar memecahkan masalah, menemukan sesuatu bagi dirinya sendiri, dan selalu bergaul dengan ide – ide. Tugas pendidik tidak hanya menuangkan sejumlah informasi ke dalam benak siswa, tetapi mengusahakan menanamkan konsep yang penting dalam diri siswa.
Pandangan tentang pembelajaran Humanistik, ada 3 yaitu :
1.Pandangan Progresif
Pandangan progresif memfokuskan kepada anak yang mau belajar daripada sebagai subyek belajar. Masyarakat pendidikan menghendaki agar pengajaran memperhatikan minat, keutuhan, dan kesiapan anak untuk belajar unuk mencapai tujuan – tujuan sosial sekolah. John Dewey sebagai tokoh progresif memandang siswa sebagai makhluk sosial yang aktif dan ngin memahami lingkungan dimana siswa berada, lingkungan kehidupan manusia secara personal maupun kolektif  (social ).
Kemampuan sosial dan personal siswa dikembangkan melalui pendidikan. Pendidikan adalah membangun dan mengorganisasikan kembali pengalaman yang mampu pemberian makna terhadap kehidupan siswa dan dapat meningkatkan  kemampuan siswa dalam memecahkan persoalan – persoalan yang akan dihadapi di masa yang akan datang.
Pandangan progresif menghendaki perubahan dalam situasi pendidikan, antara lain: pengalaman, memberi motivasi bukan perintah, melibatkan siswa dalam situasi sekolah, menyadarkan siswa bahwa hidup ini dinamis ( selalu berubah ).
Terdapat lima prinsip pendidikan progresif dalam Ihat Hatimah (2007:1.18), yaitu  :
(1)   Berikan kebenaran pada siswa untuk berkembang secara alami.
(2)   Minat dan pengalaman langsung merupakan rangsangan yang paling baik untuk belajar.
(3)   Guru memiliki peran sebagai narasumber dan pembimbing kegiatan belajar.
(4)   Mengembangkan kerjasama antara sekolah dengan keluarga.
(5)   Sekolah progresif harus menjadi laboratorium reformasi dan pengujian pendidikan.
2.Pandangan Sosialkultur Konstruktivis
Konstruktivis lahir dari gagasan Piaget dan Vygotky, dimana keduanya menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi – konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi – informasi baru. Konstruktivis modern banyak berlandasan pada teori Vygotsky, yang telah digunakan dalam menunjang metode pengajaran yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, dan penemuan.
Langkah – langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irawan (2001) dengan pendekatan teori humanistik adalah :
a.       Menemukan tujuan – tujuan pembelajaran.
b.      Menentukan materi pelajaran.
c.       Mengindentifikasi kemampuan awal siswa.
d.      Mengindentifikasi topik – topik pelajaran yang memungkinkan siswa aktif melibatkan diri dalam belajar.
e.       Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran.
f.       Membimbing siswa belajar secara aktif.
B.Belajar
Belajar adalah terjadinya perubahan pada diri orang belajar karena pengalaman ( Darsono dkk,2000:4 ). Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa beubah kearah yang lebih baik ( Darsono dkk,2000:24).Ada beberapa definisi belajar menurut beberapa pakar psikologi pendidikan dalam Moh Rosyid (2006:9) diantaranya Gagne(1977), belajar merupakan perubahan kecakapan yang berlangsung dalam peiode tertentu yang bukan berasal dari proses pertumbuhan ( fisik), Morgan,at.al ( 1986 ), belajar merupakan perubahan relatif permanen karena hasil praktek atau pengalaman. Slavein (1994), belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman (experience). Menurut Slamento dalam Syaiful Bahri ((2002:13), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara menyeluruh, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Skinner ( 1985) dalam Muhibbin Syah ( 2000:89), belajar merupakan suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
Habermas ( Rene,1996), belajar baru terjadi jika ada interaksi antar individu dengan lingkungannya. Lingkungan belajar yang dimaksud adalah lingkungan alam maupun lingkungan sosial sebab keduanya tidak dapat dipisahkan (Ihat Hatimah dkk :1.8). James O,Wittaker dalam Wasty Soemanto (1999:104), belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar merupakan merupakan proses dasar perkembangan manusia, dengan belajar manusia melakukan perubahan – perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktifitas dan prestasi hidup manusia adalah hasil dari belajar. Belajar adalah suatu proses bukan suatu hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan intergratif dengan menggunakan berbagai bentuk perubahan untuk mencapai suatu tujuan.
Berdasarkan pengertian di muka, belajar adalah kegiatan atau proses manusia untuk berubah menjadi lebih baik, dari tidak tahu menjadi tahu. Kegiatan belajar terjadi terus menerus atau belajar sepanjang hayat. Memahami lingkungan juga merupakan kegiatan belajar. Lingkungan belajar mempunyai pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan alam dan lingkungan sosial. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena saling mempengaruhi.
C.Hasil Belajar
Secara formal hasil belajar dapat didefinikan tingkah laku yang dikaitkan dengan kegiatan sekolah. Belajar merupakan fisik atau badaniah yang hasilnya berupa perubahan – perubahan dalam fisik itu, misalnya, dapat berlari, mengendarai, berjalan, dan sebagainya. Belajar selain merupakan aktivitas fisik juga merupakan kegiatan rohani atau psikis.
Hasil belajar pada dasarnya adalah hasil yang dicapai dalam usaha penguasaan materi dan ilmu pengetahuan  yang merupakan suatu kegiatan terbentuknya suatu kepribadian yang utuh.
Keberhasilan hasil belajar dipengaruhi faktor – faktor,antara lain :
(1)   Faktor yang ada pada diri siswa yang disebut faktor individu ( intern), yang meliputi:
a)      Faktor biologis, meliputi kesehatan, gizi, penglhatan, dan pendengaran.
b)      Faktor psikologi, meliputi intelegensi, minat, dan motivasi serta perhatian  ingatan berpikir.
c)      Faktor kelelahan, meliputi kelelahan jasmani dan rohani
(2)   Faktor yang ada di luar diri siswa yang disebut faktor ekstem,yang meliputi:
a)      Faktor keluarga, keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama.
b)      Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan disiplin di sekolah
c)      Faktor masyarakat, meliputi bentuk kehidupa masyarakat di sekitar siswa mempengaruhi hasil belajar siswa
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dikaji bahwa belajar merupakan kegiatan yang cukup komplek. Aktivitas belajar siswa tidak selalu menghasilkan hasil belajar yang baik tergantung keadaan dalam diri siswa dan di luar diri siswa pada saat aktivitas tersebut berlangsung.
D.Motivasi
 Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas – aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Namun pada intinya motivasi merupakan kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Dalam buku psikologi pendidikan Drs. M. Dalyono memaparkan bahwa motivasi adalah daya penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dan juga dari luar ( Dalyono, 2005:55).
Dalam bukunya Ngalim Purwanto, Sartain mengatakan bahwa motivasi adalah suatu pernyataan yang komplek di dalam suatu individu yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive).Tujuan adalah yang membatasi/menentukan tingkah laku individu itu ( Ngalim Purwanto,2007:61).
Sardiman menyatakan bahwa motivasi itu sangat bervariasi,dapat dilihat dari berbagai sudut, antara lain :
(1)   Motivasi dilihat dari dasar terbentuknya
a.       Motif – motif  bawaan, yaitu motif yang dibawa sejak lahir
b.      Motif – motif yang dipelajari, yaitu motif yang timbul karena dipelajari
(2)   Motivasi menurut Woodworth dan Marquis
a.       Motif  individu, yaitu kebutuhan makan, minum, bernafas, seksual, dan sebagainya
b.      Motif darurat, seperti menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas
c.       Motif obyektif
(3)   Motivasi jasmani dan rohani
a.       Motivasi jasmani, seperti, rileks, insting otomatis, napas, dan sebagainya
b.      Motivasi rohani, seperti, minat atau kemauan
(4)   Motivasi intrisik dan ekstrisik
a.       Motivasi intrisik adalah motif yang berasal dari dalam individu
b.      Motivasi ekstrisik adalah motif yang berasal dari diri individu
Adanya berbagai jenis motivasi di atas, memberikan suatu gambaran tentang motif – motif yang ada pada setiap individu. Adapun motif yang terkait dengan pembelajaran Matematika adalah motif ekstrisik yaitu motif yang memerlukan dorongan dari luar. Diperlukan motivasi atau dorongan berupa rangsangan dari luar,yang dapat berupa alat peraga, metode dan materi/buku-buku yang dapat menarik minat individu.
Adapun bentuk motivasi yang sering dilakukan di sekolah adalah memberi nilai, hadiah, pujian, gerakan tubuh, member tugas, member ulangan, mengetahui hasil, dan hukuman. ( Djamarah dan Zain,2002:168)
Dalam aktivitas belajar, seorang individu membutuhkan suatu dorongan atau motivasi sehingga yang diinginkan dapat tercapai.Ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar individu,antara lain :
(1)   Faktor individual, seperti, kematangan atau pertumbuhan, latihan, kecerdasan, motivasi, dan factor pribadi.
(2)   Faktor sosial, seperti, keluarga atau keadaan keluarga, guru dan cara mengajarnya, alat – alat dalam belajar, dan motivasi social.
(3)   Faktor Jasmani, seperti, kesehatan, cacat fisik
(4)   Faktor psikologi, seperti, intelegensi, minat dan motivasi, perhatian dan bakat, kematangan dan kesiapan
(5)   Faktor kelelahan, seperti, kelelahan fisik, kelelahan rohani
(6)   Faktor keluarga, seperti, cara orangtua mendidik, hubungan antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan rumah
(7)   Faktor sekolah, seperti, metode mengajar dan kurikulim, hubungan guru dan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran dan waktu sekolah, keadaan gedung sekolah, standar pelajaran di atas ukuran
(8)   Faktor masyarakat, seperti, Kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media dan teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat
Dengan demikian sebagai seorang guru, peneliti merasa harus memahami dan memperhatikan faktor yang mempengaruhi siswa di dalam pembelajaran, khusus pelajaran matematika tentang menyederhanakan pecahan.
E.Metode Pembelajaran
Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya.Salah satu hal yang harus dilakukan seorang guru adalah mengajar di kelas. Untuk menciptakan suasana belajar yang dapat membangkitkan minat anak didik terhadap pelajaran diperlukan cara untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, untuk itu diperlukan metode belajar yang sesuai dengan materi. Adapun metode pembelajaran yang  peneliti gunakan untuk menciptakan suasana pembelajaran dalam pelajaran matematika dengan materi menyederhanakan pecahan, antara lain :
1.      Metode Tanya jawab, yaitu metode yang digunakan untuk mengumpulkan informasi yang pelaksanaannya saling bertanya dan menjawab antara sumber belajar dan warga belajar
2.      Metode Brainstroming, yaitu suatu metode pembelajaran yang menghimpun pengetahuan yang dimiliki siswa dengan cara menggali pengetahuan siswa yang telah lalu dan mengaitkannya dengan pelajaran saat ini
3.      Metode penugasan, yaitu cara memberikan tugas yang dilakukan sumber belajar kepada warga belajar yang pelaksanaannya dapat dilakukan di dalam kelas, maupun di luar kelas, baik secara individu atau pun kelompok.
4.      Metode latihan, yaitu cara melatih warga belajar tentang kegiatan – kegiatan tertentu secara berulang – ulang dengan materi yang sama
5.      Metode Ceramah, yaitu metode yang digunakan untuk menyampaikan informasi  oleh narasumber kepada warga  belajar
F.Materi Pelajaran
Pecahan merupakan salah satu bilangan dalam pelajaran matematika. Untuk menggantikan nilai x dari sembarang kalimat yang mempunyai bentuk p : q = x , dengan p dan q adalah bilangan cacah,ditulis  dalam bentuk  p/q dan bentuk ini disebut pecahan. Pada bentuk p/q, p disebut pembilang (numerator), dan q disebut penyebut ( denumerator).
Bilangan – bilangan yang ditulis dalam bentuk pecahan, p/q disebut bilangan rasional.
p/q  dapat dituliskan dalam bentuk gambar seperti :
 
 
 

Pecahan juga dapat dituliskan dalam garis bilangan, seperti :
                                                                                                                                           0                      ¼                        2/4                      ¾                           4/4
                                                                                                                                             
0                                 1/3                           2/3                                    3/3
 
Bilangan pecahan juga memiliki persamaan nilai walaupun berbeda penyebut dan pembilangannya,contohnya:
½   = 2/4, 2/3 = 4/6, 12/16 = ¾, …
Persamaan pecahan ini dapat dicari dengan  mengalikan pecahan dan pembagian dengan menggunakan bilangan yang sama pada pembilang dan penyebutnya seperti contoh di bawah ini :
½ = 2/4
½ x 2/2 = 2/4
2/3 = 4/6
2/3 x 2/2 = 4/6
12/16 = ¾
12/16 : 4/4 =3/4
 
 
 
 
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A.    Subyek Penelitian
Penelitian pembelajaran yang dilaksanakan penulis adalah Mata pelajaran Matematika dengan materi penyederhanaan pecahan, yang dilaksanakan di SDN.Palsigunung, kelas IV a semester 2 tahun pelajaran 2011/2012. Kegiatan pembelajaran dibagi menjadi 2, yaitu jam belajar pagi dan siang hari. Jumlah referensi buku pelajaran matematika cukup memadai..Latar belakang pendidikan orangtua siswa sebagian besar tamatan SD, pekerjaan utamanya sebagian besar buruh dan pedagang. Bahasa yang yang digunakan siswa di rumah dan dalam pergaulan di sekolah adalah bahasa betawi. Dari latar tersebut dapat dilihat bahwa kehidupan sosial siswa kelas IV a masih dalam taraf pra sejahtera, sehingga dapat tergolong ekonomi lemah. Dengan demikian perhatian orangtua terhadap pendidikan kurang maksimal, mereka sibuk mencari nafkah sehingga siswa sering kali di tinggal sendirian di rumah tanpa pengawasan orang tua.  
Subyek penelitian siswa kelas IV a, SDN.Palsigunung tahun pelajaran 2011/2012, dengan jumlah siswa 40 orang. Siswa laki – laki berjumlah 28 orang, dan siswa perempuan berjumlah 12 orang.Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dari tanggal 13 – 28 Februari 2012, dan dibagi ke dalam tiga siklus.
B.     Deskripsi Persiklus
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian ini meupakan pengembangan metode dan strategi pembelajaran yang dikemas dalam bentuk metode penelitian kelas ( class action research ). Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) meupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkontek kelas yang dilaksanakan oleh guru, untuk memecahkan masalah – masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencoba hal – hal baru dalam pembelajaran demi meningkatkan mutu dan hasil belajar.
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: catatan guru, catatan siswa, angket dan berbagai dokumen yang terkait dengan siswa. Prosedur penelitian terderi dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Refleksi pada tiap siklus, dan akan berulang kembali pada siklus – siklus berikutnya. Prosedur pelaksanaan PTK tersebut dapat digambarkan sebagai berikut ( Wardhani 2006:24)
  Gambar  1.1 Tahap – tahap dalam PTK
               
Sumber : Siklus PTK (Kasbollah,1998/1999:70) H.Metode Penelitian
Mengacu pada pendapat pakar tersebut, maka prosedur pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang diterapkan melalui Penelitian Tindakan Kelas dijalankan sesuai proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahapan. Pada tahapan tindakan  (action) siklus pertama dilaksanakan dalam satu kali pertemuan, sedangkan pada siklus kedua dan ketiga masing – masing dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, maka hasil refleksi pada siklus yang telah dilaksanakan akan digunakan untuk memperbaiki rencana perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya.
Setelah siklus berlangsung sebanyak dua kali, mungkin perbaikan pembelajaran yang diinginkan sudah terjadi, tetapi hasilnya belum mencapai presentasi yang diinginkan, maka akan dicapai melalui siklus PTK selanjutnya.
Alur Penelitian Tindakan Kelas secara ringkas mencakup langkah – langkah sebagai berikut: Pada saat peneliti belum melaksanakan penelitian tindakan kelas, peneliti menetapkan ide awal sebagai upaya mengidentifikasi masalah, menemukan solusi dan mengatasi pembelajaran di kelas agar pembelajaran menjadi bermutu. Dari hasil diagnostic diperoleh data awal yang peneliti diskusikan dengan supervesor 2 ( teman sejawat), maka ditetapkan tindakan siklus I. Dalam siklus I perbaikan pembelajaran dilakuan dalam satu kali pertemuan.Karena pada siklus I belum mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan maka dilanjutkan perbaikan pembelajaran dengan merevisi RPPP ( rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran) siklus I dan menetapkan siklus II. Dalam siklus II tindakan dilakukan dalam dua pertemuan.Hal ini dilakukan untuk mendapat hasil perbaikan yang maksimal. Karena pada siklus II pun belum mencapai kriteria keberhasilan yang diharapakan maka dilanjutkan perbaikan pembelajaran dengan mengulang  RPPP (rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran) siklus II dan menetapkan siklus III. Dalam siklus III tindakan juga dilakukan dalam dua kali pertemuan. Jika pada siklus III diperkirakan telah mencapai kriteria keberhasilan maka perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dianggap sudah selesai.Aspek yang diamati dalam setiap siklusnya adalah kegiatan siswa saat pelaksanaan perbaikan pembelajaran matematika dengan materi penyederhanaan pecahan  dengan menggunakan metode Tanya jawab , brainstorming, penugasan , latihan, dan ceramah dengan alat pengumpul data yang telah disebutkan di atas.  
Data yang diambil adalah data kuantitatif  dari hasil tes, presensi, nilai tugas serta data kualitatif  yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, partisipasi, atau keberanian siswa mengerjakan soal di papan tulis.Instrumen yang dipakai berbentuk: soal tes, lembar penilain sikap, observasi, dan catatan lapangan. Data yang terkumpul dianalisis untuk mengukur indikator keberhasilan yang sudah dirumuskan.
C.    Teknis Analisis Data
Data dianalisis berdasarkan perubahan yang terjadi pada setiap siklus tentang kemampuan siswa menyederhanakan pecahan. Hasil analisis refleksi pertama, yang berasal dari jurnal dan observasi kelas digunakan sebagai acuan untuk menentukan tahapan siklus berikutnya.Siklus berikutnya diharapkan ada peningkatan dalam hasil belajar dan motivasi belajar siswa dalam mempelajari penyederhanaan pecahan.
Siklus I
Perencanaan
1.      Identifikasi  masalah dan menetapkan pemecahan masalah. Merencanakan Pelaksanaan Pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar. Menetapkan standar kompetensi dasar sebagai berikut:
2.      Memilih bahan pelajaran sesuai dengan kompetensi dasar.
3.      Menentukan scenario pembelajaran.
4.      Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan.
5.      Menyusun lembar penilaian
6.      Mengembangkan format evaluai
7.      Mengembangkan format obeservasi pembelajaran


Gambar 1
Kegiatan Pembelajaran Siklus I

Pelaksanaan
1.      Guru melakukan kegiatan Tanya jawab dengan peserta didik tentang pecahan dari pelajaran sebelumnya, kemudian menjelaskan materi baru yang masih berkatan dengan pecahan, yaitu persamaan nilai pecahan dan penyederhanaan pecahan dengan teknik perkalian dan pembagian.
2.      Siswa mengerjakan latihan soal kemudian membahasnya bersama guru
3.      Guru menyimpulkan pelajaran dan memberikan pr.
Pengamatan ( observasi)
Dari hasil pengamatan Supervisor 2 melihat partispasi siswa dalam kegiatan pembelajaran sangat kurang, kegiatan hanya berfokus pada guru ( teacher center), dan siswa hanya mengikuti apa yang diperintahkan oleh guru. Dari hasil pengamatan juga ditemukan bahwa kemampuan siswa dalam perkalian dan pembagian masih sangat rendah.

Refleksi
Peneliti mendiskusikan hasil pengamatan dengan supervisor 2, tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki peneliti sebagai seorang guru saat mengajarkan materi persamaan dan penyederhanaan pecahan dan memberikan masukkan yang dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran di kelas pada siklus beikutnya. Dari hasil diskusi diputuskan untuk mengubah metode pembelajaran yang dapat meningkatakan kemampuan siswa dalam perkalian dan pembagian yang dapat menunjang penguasaan materi persamaan dan penyederhanaan pecahan,serta dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Siklus II
Perencanaan
1.      Indentifikasi masalah yang muncul pada siklus I, dan penetapan alternative masalah, adapun beberapa masalah yang terjadi pada siklus I adalah
a.       Sebanyak 65 % siswa belum mampu untuk menyerap materi pelajaran dengan baik melalui kegiatan deduktif-deskriptif (meringkas uraian materi),ekspositori (menerangkan),tanya jawab
b.      Ada 27  siswa dari 40 siswa yang belum tuntas belajar.
c.       Tingkat partisipasi anak dalam pembelajaran belum maksimal
2.      Menetapkan indikator pencapaian hasil belajar.
3.      Mengembangkan program tindakan siklus II dengan merevisi RPP siklus I
Gambar 2
Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Gambar 3
Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Pelaksanaan
Pertemuan 1
1.      Guru bertanya jawab dengan siswa tentang pelajaran sebelumnya kemudian menugaskan siswa melafalkan perkalian 3 – 5
2.      Guru menempelkan kartu bilangan pecahan pada papan tulis dan meminta siswa menuliskan pecahan yang senilai.
3.      Siswa diminta menjelaskan dari mana mereka mendapatkan hasil tersebut,kemudian siswa diminta menuliskan caranya di papan tulis
4.      Guru memberikan pujian, penguatan hasil kerja siswa di papan tulis, membetulkan dan menjelaskan pengerjaan yang salah yang dilakukan siswa dalam mencari persamaan dan penyederhanaan pecahan, kemudian guru menjelaskan kembali secara rinci.
5.      Siswa diminta mengerjakan soal latihan kemudian membahasnya kembali bersama-sama.
Pertemuan 2
Kegiatan yang dilakukan hampir sama dengan pertemuan pertama hanya bilangan pecahan yang digunakan untuk materi persamaan dan penyederhanaan pecahan disesuaikan dengan perkalian yang dihapalkan yaitu perkalian 4 – 9.
Pengamatan ( observasi )
Supervisor 2 melihat adanya peningkatan partispasi siswa dalam kegiatan belajar, kemajuan dalam hapalan perkalian 3 – 5 pada siswa kelas IV a meningkat dan kegiatan pembelajaran mulai perpusat pada siswa ( student learning)
Refleksi
Setelah melihat hasil pengamatan supervisor 2 dan  hasil belajar siswa, dan mendiskusikannya dengan supervesor 2 diputuskan untuk lebih menekankan pembelajaran perkalian dan pembagian diawal pembelajaran karena dapat meningkatkan ingatan siswa terhadap perkalian dan pembagian,selain itu juga meningkatkan pemahaman siswa terhadap cara mencari persamaan dan penyederhanaan pecahan, Untuk siklus selanjutnya keaktifan siswa dalam pembelajaran akan lebih ditingkatkan.
Siklus III
Perencanaan
1.      Indentifikasi masalah yang muncul pada siklus II, dan penetapan alternative masalah, adapun beberapa masalah yang terjadi pada siklus II adalah
d.      Pada pertemuan pertama sebanyak 47,5  % siswa belum mampu untuk menyerap materi pelajaran dengan baik melalui kegiatan tanya jawab, brainstorming, penugasan, latihan, dan ceramah
Pada pertemuan kedua sebanyak 40 % siswa belum mampu menyerap materi pelajaran dengan baik melalui kegiatan tanya jawab, brainstorming, penugasan, latihan, dan ceramah
e.       Pada pertemuan pertama ada 19 siswa dari 40 siswa yang belum tuntas belajar dan pada pertemuan kedua ada 16 siswa dari 40 siswa yang belum tuntas belajar.
f.       Tingkat partisipasi anak dalam pembelajaran mulai meningkat tetapi belum maksimal
2.      Menetapkan indikator pencapaian hasil belajar.
3.      Mengembangkan program tindakan siklus III dengan merevisi RPP siklus II .
Gambar  4
Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III
Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada pertemuan 1 dan 2  sama dengan siklus II. Siswa di dan coba lebih aktif  dalam kegiatan pembelajaran dan guru hanya bertindakan sebagai fasilitator
Pengamatan (observasi)
Pengamatan yang dilakukan oleh supervisor 2 mendapatkan data partisipasi siswa yang meningkat, aktifan siswa terarah pada pembelajaran, dan hanya ditemukan beberapa siswa yang masih bermain saat pembelajaran berlangsung.
Refleksi
1.      Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus III berdasarkan data yang terkumpul.
2.      Membahas hasil evaluasi tentang scenario pembelajaran pada siklus III.
3.      Berdasarkan hasil evaluasi terhadap tindakan pada siklus III dari data yang terkumpul baik dari hasil formatif siswa, tugas pr, maupun catatan perilaku siswa yang relevan dengan pembelajaran diperoleh data yang cukup signifikan.Pada siklus III pertemuan pertama 26 siswa dari 40 siswa sudah tuntas belajar, dan pada pertemuan kedua ada 31 siswa dari 40 siswa yang telah tuntas belajar, berate siswa yang belum tuntas belajar tinggal 9 siswa. Dengan kriteria ketuntasan minimal 75 %, dengan demikian pelaksanaan perbaikan pada siklus III dinyatakan telah dituntaskan karena secara klasikal telah memenuhi kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu 77,5 % siswa telah mencapai ketuntasan materi minimal 75 %. Kriteria keberhasilan penelitian ini dari sisi proses dan hasil adalah dengan berhasilnya siswa dalam menyelesaikan masalah – masalah yang diberikan guru tentang penyederhanaan pecahan dengan kegiatan Tanya jawab, brainstorming, penugasan, latihan, dan ceramah dengan sumber belajar yang telah difasilitasi guru, serta nilai tes formatif siswa pada siklus III meningkat.















BAB IV
HASIL PENELITIAN
 Pada bab ini penulis akan mencoba menyajikan data hasil penelitian dan hasil analisis data  yang diuraikanpersiklus penelitian. Adapun jumlah siklus penelitian ini adalah 3 siklus. Hal ini disebabkan perolehan data dari ketiga sklus penelitian telah memberikan  gambaran yang cukup signifikan pencapaian tujuan penelitian. Artinya, data yang diperoleh silus demi siklus menunjukkan pada peningkatan hasil belajar siswa yang menjadi konsentrasi dalam penelitian ini.
A.    Siklus I
Pada siklus ini, pembelajaran matematika dengan materi bahasan penyederhanaan pecahan. Perangkat pembelajaran yang digunakan pada siklus ini  RPP. RPP yang digunakan adalah  rpp hasil refleksi pada tahap perencanaan antara peneliti dan supervisor 2 .Untuk rpp yang digunakan dapat dilihat pada lampiran.
Berikut uraian langkah pokok kegiatan pada tahaf ini, yakni sebagai berikut :
1.      Siswa menuliskan berbagi bentuk pecahan sederhana yang diketahui
2.      Siswa menandai pecahan yang bernilai sama
3.      Siswa mencari persamaan pecahan melalaui perkalian
4.      Siswa menyederhanakan pecahan menggunakan pembagian
Dari hasil penelitian lapangan ( pengamatan supervesor 2) dapat dilihat pada lampiran dengan hasil analisis data yang diperoleh pada siklus I terangkum pada  table berikut ini:
Tabel 1
Table penilai produk dan sikap siklus I
SKOR
ASPEK YANG DINILAI
PRODUK
SIKAP
4
10
18
3
13
0
2
14
9
1
0
10

Dari table 1 dapat dilihat tingkat partisipasi siswa pada siklus I sangat rendah yaitu hanya 18 siswa dari 40 siswa yang secara aktif  berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran dan itu berarti hanya 45 % siswa yang termotivasi untuk belajar.
Tabel 2
Hasil Belajar Siklus I
KKM :75
NO
SKOR NILAI
JUMLAH
PRESENTASI
1
100
11
27,5 %
2
80
3
  7,5 %
3
60
8
          20   %  
4
40
9
22,5 %
5
20
6
         15    %
6
0
3
           7, 5 %

Dari tabel 2 dapat kita lihat bahwa siswa yang memahami  materi persamaan nilai dan penyederhanaan pecahan dan dapat  mencapai  belajar hanya 35 % atau hanya 14 siswa dari 40 siswa yang memahami pelajaran pada siklus I.
B.     Siklus II
Pada siklus II, pembelajaran matematika dengan materi bahasan penyederhanaan pecahan. Perangkat pembelajaran yang digunakan pada siklus ini  RPP. RPP yang digunakan adalah  RPPP  hasil refleksi pada siklus I antara peneliti dan supervisor 2 .Untuk RPPP  yang digunakan dapat dilihat pada lampiran.
Berikut uraian langkah pokok kegiatan pada tahaf  ini, yakni sebagai berikut :
1.      Siswa melafalkan perkalian 3 – 5
2.      Siswa membahas pr
3.      Siswa menuliskan persamaan pecahan di papan tulis
4.      Siswa menjelaskan cara mendapatkan persamaan pecahan dan penyederhanaan pecahan
5.      Siswa mengerjakan latihan
6.      Siswa membahas soal latihan
Dari hasil penelitian lapangan ( pengamatan supervesor 2) dapat dilihat pada lampiran dengan hasil analisis data yang diperoleh pada siklus II terangkum pada  table berikut ini:
Tabel 3
Table penilai produk dan sikap siklus II pertemuan 1 daan 2
NO
SKOR
ASPEK YANG DINILAI
PRODUK
SIKAP
1
2
1
2
1
4
10
10
18
18
2
3
17
17
8
16
3
2
13
13
9
4
4
1
0
0
5
2

Dari table 3 dapat dilihat tingkat partisipasi siswa pada siklus II mulai meningkat pada pertemuan ke-1, yaitu:  26  siswa dari 40 siswa yang  aktif  berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran dan itu berarti  65 %  siswa yang termotivasi untuk belajar dan pada pertemuan ke-2, yaitu: 34 siswa dari 40 siswa aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran dan itu berarti 85 %  siswa yang termotivasi untuk belajar.




Tabel 4
Hasil Belajar Siklus II Pertemuan 1 dan 2
KKM :75
NO
SKOR NILAI
JUMLAH
PRESENTASI
1
2
1
2
1
100
10
12
      25    %
30   %
2
80
11
12
27,5 %
30   %
3
60
10
11
      25    %
 27,5 %
4
40
4
5
     10    %
 12,5  %
5
20
5
0
     12,5 %
    0    %
6
0
0
0
       0   %
         0    %

Dari tabel 4 dapat kita lihat bahwa siswa yang memahami  materi persamaan nilai dan penyederhanaan pecahan dan dapat  mencapai  belajar pada siklus II   pertemuan ke-1 52,5 %  berarti 21 siswa dari 40 siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar   dan pertemuan ke-2  60 %  berarti 24 siswa dari 40 siswa yang telah memahami dan mencapai ketuntasan belajar.

Siklus III
Pada siklus III, pembelajaran matematika dengan materi bahasan penyederhanaan pecahan. Perangkat pembelajaran yang digunakan pada siklus ini  RPP. RPP yang digunakan adalah  RPPP  hasil refleksi pada siklus II antara peneliti dan supervisor 2 .Untuk RPPP  yang digunakan dapat dilihat pada lampiran.
Berikut uraian langkah pokok kegiatan pada tahaf  ini, yakni sebagai berikut :
1.      Siswa melafalkan perkalian 4 - 9
2.      Siswa membahas pr
3.      Siswa menuliskan persamaan pecahan di papan tulis
4.      Siswa menjelaskan cara mendapatkan persamaan pecahan dan penyederhanaan pecahan
5.      Siswa mengerjakan latihan
6.      Siswa membahas soal latihan
Dari hasil penelitian lapangan ( pengamatan supervesor 2) dapat dilihat pada lampiran dengan hasil analisis data yang diperoleh pada siklus III terangkum pada  table berikut ini:
Tabel 5
Table penilai produk dan sikap siklus III pertemuan 1 dan 2
NO
SKOR
ASPEK YANG DINILAI
PRODUK
SIKAP
1
2
1
2
1
4
13
11
19
20
2
3
14
16
20
17
3
2
13
13
1
3
4
1
0
0
0
0

Dari tabel 5 dapat dilihat tingkat partisipasi siswa pada siklus III  pertemuan ke-1 mulai meningkat yaitu  39  siswa dari 40 siswa yang  aktif  berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran dan itu berarti  97,5 %  siswa yang termotivasi untuk belajar dan kemudian menurun pada pertemuan ke-2 yaitu menjadi 37 siswa dari 40 siswa dan itu berarti 92,5 %.
Tabel 6
Hasil Belajar Siklus III Pertemuan 1 dan 2
KKM :75
NO
SKOR NILAI
JUMLAH
PRESENTASI
1
2
1
2
1
100
17
19
       42,5 %
47,5 %
2
80
10
12
       25    %
      30    %
3
60
13
9
       32,5 %
      22,5 %
4
40
0
0
         0    %
        0    %
5
20
0
0
         0    %
 0   %
6
0
0
0
          0   %
        0   %

Dari tabel 6  dapat kita lihat bahwa siswa yang memahami  materi persamaan nilai dan penyederhanaan pecahan dan dapat  mencapai  belajar pada sikus III pertemuan ke-1 meningkat menjadi 67,5 %  atau 27 siswa dari 40 siswa dan pada pertemuan ke-2 meningkat menjadi 77,5 % atau 31 siswa dari 40 siswa.
Kesimpulan sementara yang dapat diperoleh dari hasil analisis data tersebut adalah bahwa kegiatan pembelajaran dengan metode Tanya jawab, brainstorming, penugasan, latihan, dan ceramah cukup efektif meningkatkan hasil belajar siswa.




Tabel 7
Tabel Penilaian Sikap Siklus I, II, dan III
SKOR
PENILAIAN SIKAP
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
4
18
18
20
3
0
16
17
2
9
4
3
1
10
2
0





Chart 1
Grafik Perubahan Sikap Siklus I, II, dan III


Tabel 8
Tabel Penilaian Produk ( Pemahaman Siswa) Siklus I, II, dan III
SKOR
PENILAIAN PRODUK
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
4
10
10
13
3
13
17
14
2
14
13
13
1
0
0
0




CHART  2
Grafik Penilaian Produk ( Pemahaman Siswa) Siklus I , II, dan III



Tabel 8
Tabel Hasil Belajar Siklus I, II, dan III
NILAI
HASIL BELAJAR
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
100
11
12
19
80
3
12
12
60
8
11
9
40
9
5
0
20
6
0
0
0
3
0
0

CHART .3
Grafik Hasil Belajar Siklus I, II, dan III
Berdasarkan kesimpulan sementara pada siklus I, II, dan III dapat disimpulkan bahwa hipotesa tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini yakni ” Meningkatkan Kemampuan Menyederhanakan pecahan dan Motivasi Siswa Kelas IVa  SD Negeri Palsigunung Pada Mata Pelajaran Matematika Dengan Metode  Bervariasi” dapat diterima.










BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas mengenai penerapan metode Tanya jawab, brainstorming, penugasan, latihan, dan ceramah pada siswa kelas IV a SDN. Palsigunung dalam pelajaran Matematika selama 3 siklus penelitian dapat disimpulkan:
1.      Selama berlangsungnya PTK, upaya penerapan metode Tanya jawab, brainstorming, penugasan, latihan, dan ceramah telah dikelola dengan baik.
2.      Kegiatan pembelajaran dengan metode Tanya jawab, brainstorming, penugasan, latihan, dan ceramah yang dikelola dengan baik ternyata cukup efektif meningkatkan motivasi belajar siswa.
3.      Kegiatan pembelajaran dengan metode Tanya jawab, brainstorming, penugasan, latihan, dan ceramah yang dikelola dengan baik ternyata cukup efektif  terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
4.       Hipotesis tindakan yang menyatakan “ Apabila upaya penerapan metode Tanya jawab, brainstorming, penugasan, latihan, dan ceramah  dapat berjalan efektif, maka hasil belajar siswa akan meningkat” dapat diterima
C.    Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah :
1.      Pelaksanaan metode Tanya jawab, branstroming, penugasan, latihan, dan ceramah sebagai salah satu bagian dari pembelajaran dalam mata pelajaran matematika khususnya dan mata pelajaran lainnya perlu terus ditingkatkan mengingat cukup signifikan dampak positif penerapannya terhadap tingkat motivasi dan hasil belajar siswa.
2.      Guru – gur harus dapat mengenali dan menggunakan berbagai metode, strategi dan/atau model pembelajaran, sehingga mempunyai banyak pilihan untuk diterapkan sesuai materi dan/atau kompetensi dasar, karakteristik siswa, serta kesediaan sarana prasarana.
3.      Pelatihan pengembangan model pembelajaran perlu diberikan oleh sekolah, atau  lembaga – lembaga terkait .
























DAFTAR PUSTAKA
Seels, Barbara B. & Richey, Rita C. 1994. Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya. Penerjemah Dewi S. Prawiradilaga dkk. Jakarta: Kerjasama IPTPI LPTK UNJ.
Terry Anderson & Fathi Elloumi (Eds.). 2004. Theory and Practice of Online Learning. Canada. Athabasca University
H, Djali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
M, Dalyono. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Muhibin, Syah. 2002. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sumanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Gage, N.L., & Berliner, D. 1979. Educational Psychology. Second Edition, Chicago: Rand Mc. Nally]
Bell Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV. Rajawali
Moll, L. C. (Ed.). 1994. Vygotsky and Education: Instructional Implications and Application of Sociohistorycal Psychology. Cambridge: Univerity Press
Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable. Jakarta: Depdikbud
Gagne, E.D., (1985). The Cognitive Psychology of School Learning. Boston, Toronto: Little, Brown and Company
Light, G. and Cox, R. 2001. Learning and Teaching ini Higher Education. London: Paul Chapman Publising
Slavin, R.E. 1991. Educational Psychology. Third Edition. Boston: Allyn and Bacon
Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon
Kurikulum 2006
Matematika 4b tiga serangkai

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMBELAJARAN MENDALAM DENGAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK FASE A (KELAS 1 DAN 2 )